Kupang, Suaranusantara.co – Paham Khilafah masih terus berkembang dan berpengaruh di bangsa ini. Padahal organisasi yang mengembangkan paham tersebut yaitu Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) telah di bubarkan pemerintah.
Menanggapi kenyataan itu, anggota MPR/DPD RI dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Abraham Liyanto meminta mahasiswa, khususnya yang berada di NTT agar tidak terpengaruh dengan paham tersebut. Alasannya paham itu telah dilarang kehadirannya di bangsa ini karena ingin mendirikan negara Islam.
“Kita tidak boleh kembali ke belakang. Kita tidak boleh utak-atik lagi soal ideologi bangsa ini. Sudah jelas ideologi kita yaitu Pancasila,” kata Abraham saat kegiatan Sosialisasi Empat Pilar di Kupang, NTT, 3 Agustus 2021.
Ia menanggapi video yang beredar yang memperlihatkan sejumlah anak muda di wilayah Sumatera memproklamirkan paham khilafah. Mereka mengklaim sebagai orang hebat yang akan berjuang memperluas paham khilafah.
Abraham menyebut para mahasiwa dan anak muda itu tidak menghormati jerih payah dan perjuangan para pendiri bangsa. Mereka juga tidak memahami kesepakatan pendirian bangsa Indonesia yang dilandaskan pada kemajemukan.
“Jika anak muda seperti itu hidup di zaman kemerdekaan, maka tidak ada yang namanya bangsa Indonesia. Karena mereka tidak mengakui kemajemukan. Mereka ingin seragamkan setiap apa yang harus di lakukan bangsa ini. Padahal Indonesia terdiri atas ribuan suku, bahasa dan ras. Agama juga bermacam-macam,” jelas Abraham.
Semangat Bersatu
Dia menyebut bangsa ini di bangun dengan mengorbankan jiwa para pendahulu. Dalam berjuang, mereka tidak terkotak-kota dan tesekat-sekat atas dasar suku, ras, dan agama (Sara) tertentu. Yang ada pada mereka adalah semangat bersatu membangun satu bangsa.
“Kita sudah sepakat bangsa ini berdiri dengan empat pilar utama yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita tidak boleh mengubah lagi apa yang telah di letakan para pendiri bangsa karena bisa membubarkan negara ini. Tugas kita tinggal merawat agar tetap kokoh, bersatu dan maju,” tutur anggota Komite I DPD ini.
Ketua Kadin Provinsi NTT ini menyebut saat ini, banyak masyarakat yang sudah lupa akan empat pilar, termasuk mahasiswa. Hal itu karena derasnya pengaruh ideologi lain yang masuk ke negara ini seperti ideologi khilafah atau radikalisme.
Pengaruh ideologi luar ini, lanjut Abraham, sudah sampai ke desa-desa. Sementara pemahaman terhadap empat pilar bangsa sudah luntur. Jika tidak ada yang menggelorakan lagi, lama-lama semua anak bangsa lupa akan ideologi bangsanya.
Menurutnya, kelunturan akan pemahaman nilai-nilai bangsa, di perparah karena di sekolah-sekolah sudah tidak ada pendidikan Pancasila. Padahal di era Orde Baru lalu, Pancasila menjadi pendidikan wajib. Bahkan ada kegiatan penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) bagi setiap siswa SMP/SMA hingga mahasiswa.
“Setelah tidak ada lagi penataran P4, masyarakat akhirnya lebih gandrung terhadap ideologi lain. Ini sangat berbahaya bagi bangsa ini,” ujar Abraham.