Depok, Suaranusantara.co – Kamu Tidak Istimewa karya Natasha RIzky adalah buku puisi teruntuk orang-orang yang suka merasa paling dirugikan. Berbeda dengan buku sebelumnya yang menjadikan pengalaman pribadi sebagai puisi, buku ini lebih mengarah kepada pengalaman orang-orang disekitarnya.
Buku 108 halaman dengan 76 puisi didalamnya membawa pembaca menikmati lorong-lorong pikiran yang gelap dan getir. Sebagaimana diketahui, hubungan rumah tangga Natasha RIzky dan Desta Mahendra kandas di tengah jalan dan berakhir dengan perceraian.
“Kita bukan satu-satunya pemeran utama, bahkan dalam hidup kita sendiri.
Bukan hanya kamu yang dicintai-Nya. Bukan hanya kamu yang tersusah.
Kamu tidak seistimewa itu.”
Buku puisi “Kamu Tidak Istimewa” berisi rangkuman kisah yang melibatkan paham, prasangka, dan ketidak-istimewaan sekaligus menghadirkan perjalanan yang bermakna yang membuka mata mengenai kemanusiaan yang rumit.
Ami Rachmat, yang sudah membaca buku puisi ini, mengungkapkan pandangannya bahwa “Buku terbaru Natasha RIzky ini seperti halnya buku catatan kronik beberapa waktu lalu yang related dengan kehidupan pribadi saya. Bermula dari Ruang Hijau dimana saya pernah berada di ruangan tersebut dan pernah berharap menjadi seorang yang diperjuangkan. Namun pada kenyataannya tidak begitu adanya,”
Menurutnya, sebagaimana pengalaman pribadi yang dialaminya, dari ‘ruang hijau’ itu kehidupan baru sebagai orang tua tunggal berawal, ketika sempat kecewa dengan Sang Maha Pencipta karena tidak mewujudkan keinginannya untuk mendapatkan dia (mantan suami) dengan versi terbaik agar bisa menua bersama.
Kumpulan puisi Natasha banyak mengandung makna yang mendalam yang dituangkan dalam sebuah buku dengan tampilan yang menarik di setiap halaman yang masing-masing dilengkapi dengan ilustrasi atau latar belakang yang unik sesuai judul buku. Dengan desain seperti ini buku puisi Natasha tidak membosankan karena banyak perasaan yang digambarkan dengan menggunakan ilustrasi yang membantu untuk menyamarkan sisi kelam dan sedih.
“Allah memberikan takdir bahwa dia bukan yang terbaik untuk menjadi pasangan hingga saya tua nantinya. Sampai pada bab Dia Tidak Dzolim inilah fase di mana saya selanjutnya mulai berdamai dengan takdir yang menjadi langkah yang harus saya ambil. Saya menyadari bahwa Sang Maha Pencipta begitu menunjukkan kasih sayang dan perlindungan-Nya dengan mengambil dia dari kami dan insya Allah menggantikannya dengan yang lebih baik,” katanya.
“Jatuh bangun yang tidak ringan membuat saya berusaha bergantung sepenuhnya dengan Sang Pencipta dan percaya bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Buku ini merangkum semuanya dan salah satunya tentang kekhawatiran seorang ibu yang bertanya apakah ia bisa bertahan dengan anak-anak tanpa sosok lain sebagai pemimpin. Namun selama kita percaya pada Sang Maha Pencipta semua akan baik baik saja, dan hasil dari semua ujian dalam hiduplah yang menjadikan kita ISTIMEWA di mata orang-orang yang melihat proses perjuangan kita,” lanjutnya.
Buku ini bisa menjadi motivasi karena mengajak pembaca untuk sadar bahwa setiap orang pasti mengalami fase gelapnya sendiri. Buku ini diharapkan semakin membawa banyak perubahan pada pembaca terutama perempuan hingga muncul banyak perempuan cerdas yang dapat mengelola emosinya terlepas dari rasa sakit apa yang dirasakan dan patah hati seperti yang penulis rasakan.
“Membaca buku ini memberikan motivasi bagi saya untuk kuat menjalani proses sembuh dari trauma, semakin yakin bahwa takdir-Nya adalah yang terbaik buat hidup saya, dan berdamai dengan takdir itu meringankan. Buku ini menginspirasi dan penulis buku ini adalah role model buat saya untuk istiqomah dalam berhijrah,” pungkasnya.