Labuan Bajo, Suaranusantara.co – Salah satu perwakilan pemuda asal Desa Wae Lolos mengeluhkan menurunnya hasil panen padi pasca kerusakan irigasi Wae Racang di Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT.
Keluhan tersebut disampaikan oleh Theresia Angelina Kartika Sari pada saat menghadiri kegiatan Multi Stageholder Forum (MSF).
Kegiatan MSF ini difasilitasi oleh LSM Yakines bersama Pemda Manggarai Barat yang berlangsung di Hotel Parlezo, Kelurahan Komodo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Selasa (15/4/2025)
Dalam kegiatan tersebut, Keti sapaan Theresia menyampaikan keluhan terkait dampak yang dialami petani pasca rusaknya saluran irigasi Wae Racang.
“Kendala dari para petani adalah kekurangan air untuk sawah yang menyebabkan terjadinya gagal panen atau sawahnya tidak bisa dibajak lagi,” ungkap Keti dengan mengarahkan pendapatnya kepada pada Dinas Pertanian yang turut hadir dalam musyawarah tersebut.
Dirinya menambahkan, akibat lain yang dialami oleh para petani yaitu menurunnya hasil pertanian karena tidak semua areal persawahan bisa dikerjakan akibat kesulitan air.
“Hasilnya kurang karena ada sebagian sawah tidak bisa dibajak,” tambahnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Kepala Desa Wae Lolos, Gervinus Toni, saat dihubungi media ini melalui pesan WhatsApp.
Ia mengatakan bahwa bendungan ini dalam kondisi rusak parah dan masyarakat di desanya mengeluh kesulitan pasokan air ke lahan persawahan.
Disampaikan olehnya, terdapat 30 hektar lahan persawahan warga terdampak kesulitan untuk alirkan air pasca rusaknya saluran irigasi wae Racang termasuk saluran konvensional milik petani setempat.
“Perlu kami klarifikasi bahwa di Ndengo sebenarnya tidak ada kekurangan air tetapi dengan kehadiran bendungan wae racang yang sumber dananya dari provinsi sudah lama itu, berapa tahun yang lalu mengakibatkan bendungan konvensional dari warga dusun Ndengo itu tidak berfungsi karena material-material galian berupa batu besar itu sudah menutupi bendungan konvensional sehingga air yang mengalir ke sawah Ndengo itu sumbernya air sisa dari saluran wae Racang itu,” jelas Toni.
Lanjut dijelaskan Toni, Pemerintah Desa tidak bisa melakukan banyak hal termasuk mengalokasikan Dana Desa untuk mengatasi persoalan tersebut karena debit bendungan dan volume pengerjaan yang cukup besar.
Dalam kondisi yang sangat memperihatinkan ini, ia hanya bisa menyampaikan harapan agar Gubernur NTT, Melki Laka Lena memperhatikan persoalan kerusakan irigasi di desanya.
“Satu saja harapan saya sebagai Pemerintah Desa, agar Gubernur melalui program ketahanan pangan bisa memberi anggaran untuk perbaikan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat desanya,” pungkas Toni dengan nada penuh harap.
Tanggung jawab sebagai Pemerintah Desa, Toni mengaku sudah melakukan berbagai upaya, termasuk menghubungi kenalan yang saat ini menjadi anggota DPRD Provinsi NTT.
“Beberapa bulan yang lalu saya sempat WA minta tolong kepada teman DPRD Provinsi minta mereka kalau ada reses tolong datang ke desa Wae Lolos lebih khusus di Ndengo. Ada berapa partai yang saya sampaikan waktu itu sebagai keluhan kami dari Desa Wae Lolos terkait kondisi bendungan di Wae Lolos,” beber Toni.
Kepala Desa Wae Lolos itu menjelaskan kondisi bendungan Wae Racang yang rusak hingga saat ini dan tidak bisa disiasati dengan cara apapun termasuk saluran konvensional meskipun bisa diatasi menggunakan Dana Desa namun sifatnya hanya sementara.
“Jebol sekitar 30 meter tetapi yang bermasalah sekitar 300 meter. Kalau saluran konvensional bisa dari Dana Desa, tetapi anggarannya tidak cukup, karena air itu luas hamparannya besar,” ujar Toni.
Toni memastikan bahwa bila kondisi saluran irigasi propinsi ini bagus maka petani bisa mengambil air dari saluran tersebut untuk dibagikan ke saluran konvensional yang selama ini selalu digunakan warga.
“Kalau saluran provinsi bagus maka bisa air dari saluran itu kita alihkan ke saluran konvensional. Karena itu yang kita gunakan selama ini,” tutupnya.