Oleh: Fokky Fuad Wasitaatmadja, Dosen Universitas Al-Azhar Indonesia
Jakarta, Suaranusantara.co – Deutsche Bahn AG adalah perusahaan transportasi kereta api publik Jerman yang sangat bergengsi. Sementara kalau di Indonesia kita punya KAI. Mengapa saya pilih kereta api? Saya berfikir bahwa transportasi kereta api adalah sarana angkut yang paling banyak diminati baik di Eropa, maupun Indonesia.
Setelah melakukan kegiatan akademik di Vrije University Amsterdam, saya melanjutkan kegiatan traveling saya bersama istri ke Polandia via Jerman. Dari awal, kami berencana bertemu dengan keluarga yang tinggal di Belanda dan Warsawa, Polandia, setelah selesai dengan kegiatan akademik utama. Kereta api menjadi pilihan kami berdua untuk melakukan perjalanan jarak jauh kali ini. Sebelumnya kami pernah mencoba dan merasakan perjalanan dengan bus ke beberapa negara di Eropa, kali ini kami mencoba merasakan kereta api di benua ini.
Kami berdua memilih menggunakan kereta api Nedelands Spoorwagen International (NS International) milik Belanda untuk melakukan perjalanan Belanda menuju Warsawa Polandia via Berlin, dan kembalinya menggunakan kereta api milik perusahaan Deutsche Bahn AG (DB) Jerman.
Pengalaman Perjalanan
Pengalaman pertama yang saya rasakan, cukup emejing sekaligus ajojing ketika berinteraksi dengan kereta api Jerman ini. Saya telah memesan tiket perjalanan dari Warsawa-Berlin-Ede Wageningen beberapa hari sebelumnya. Tidak ada kereta api langsung antara Polandia-Belanda pp. Kita harus bertukar kereta api di Berlin sebelum melanjutkan perjalanan ke kota di Belanda. Kebetulan saya merencanakan perjalanan pulang ke kota Ede Belanda dari Warsawa. Dalam tiket yang ada tertera bahwa saya akan tiba di Stasiun Ede-Wageningen Belanda pk.21.05 waktu setempat.
Perjalanan dari Stasiun Central Warszawa Polandia ditempuh dalam waktu sekitar 5 jam menuju Stasiun Berlin Hauptbahnhof. Keberangkatan saya pukul 06.30 pagi direncanakan akan tiba di Stasiun Berlin Hauptbahnhof pukul 12.05 waktu Berlin. Kereta melaju tepat pukul 06.30 melalui beberapa stasiun, akan tetapi tiba terlambat di Berlin pukul 13.30. Ternyata kereta Eropa molor juga pikir saya.
Setiba di Berlin masih ada waktu sekitar 1 jam sebelum melanjutkan perjalanan ke stasiun Ede-Wegeningan di Belanda dengan kereta milik perusahaan Deutsche Bahn Jerman. Kulihat jam tanganku masih ada waktu untuk bertukar kereta di stasiun pusat Berlin ini.
Saya turun ke lantai 2 dan istirahat di bangku yang tersedia di lantai tersebut selama sekitar 30 menit. Menjelang keberangkatan kereta pk.14.30, pada pukul 14.00 saya putuskan segera naik ke lantai 3 untuk menuju jalur platform kereta yang disediakan. Sebelum naik saya coba cek lagi jadwal keberangkatan kereta untuk memastikan bahwa saya tidak salah naik kereta menuju stasiun Ede-Wageningen Belanda.
Ketika saya lihat di layar jadwal keberangkatan ternyata kereta yang telah disediakan dibatalkan mendadak (ausfall). Wah saya segera menuju ke pusat informasi stasiun untuk menanyakan bagaimana saya bisa melanjutkan perjalanan ke stasiun Ede-Wageningen padahal tiket sudah ditangan?
Setiba di pusat informasi perjalanan saya yang lama diubah oleh pihak Deutsche Bahn menuju ke Stasiun Druisburg, dan kemudian bisa melanjutkan perjalanan ke Belanda, tetapi tidak di stasiun Ede-Wageningen melainkan di stasiun Centraal Amsterdam (stasiun pusat kota Amsterdam). Mau tidak mau suka tidak suka saya terpaksa menggunakan kereta Deutsche Bahn menuju stasiun Druisburg sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke Belanda.
Jadwal tiba di stasiun Ede-Wageningen sendiri direncanakan tiba pk.21.05 waktu setempat, semoga lancar ini karena kereta sebelumnya sudah terlambat, dan inipun tidak bisa langsung menuju stasiun Ede-Wageningen melainkan harus menuju stasiun Duisburg lebih dahulu. Kereta yang membawa kami ke Druisburg terlambat dalam perjalanan karena mengalami kerusakan teknis dan saya baru tiba di stasiun Druisburg pun pk.20.00 yang seharusnya tiba pukul 18.30 waktu setempat. Perbaikan kereta memakan waktu 40 menit dan ini yang mengakibatkan para penumpang terlambat tiba di stasiun Druisburg.
Welcome to Germany!
Ada hal menarik dengan kereta pengganti ini, penumpang yang dialihkan dengan kereta jurusan Berlin-Druisburg ini tidak mendapatkan nomor kursi. Jika ada kursi yang kosong silakan tempati saja. Maka penumpang pun berusaha mencari kursi yang kosong. Banyak penumpang yang tidak mendapatkan kursi kosong dan terpaksa duduk mengemper di lorong kereta Detsche Bahn ini. Seperti keadaan kereta api Indonesia era tahun 70-80an dahulu kala yang menjual tiket kereta tanpa nomor tempat duduk.
Seorang penumpang asal Belanda sempat membatu kami mencarikan bangku kosong. Sementara beberapa penumpang asing lainnya mengomel karena tidak tersedia bangku bagi penumpang yang dipindahkan. Mereka menggerutu dan berujar: “Welcome to Germany!”.
Perjalanan menuju Druisburg memakan waktu sekitar 6 jam karena adanya perbaikan kerusakan tadi, setelah melewati beberapa kota seperti Frankfurt dan Hannover. Kami tiba di stasiun Druisburg sekitar pk. 20.30, terlambat sekitar 2 jam akibat kerusakan yang dialami dalam perjalanan. Setiba di Druisburg Station ternyata kereta yang akan mengantarkan kami ke Stasiun Ede-Wageningen sebagian besar dibatalkan mendadak. Terdapat hanya 1 perjalanan kereta menuju Stasiun Ede-Wageningen, itupun harus berganti di tengah perjalanan dengan bus. Akhirnya saya putuskan untuk membeli tiket baru Druisburg-Ede Wageningen via Venlo pk.21.00 wib dan direncanakan akan tiba di Ede-Wageningen pk.00.11 waktu setempat.
Cerita Belum Usai
Menjelang keberangkatan pk.21.00 kereta tidak juga hadir. Mendadak diinformasikan bahwa kereta dipindahkan dari platform jalur 6 ke platform 4. Semua penumpang berhamburan berlari menuju platform jalur 4 mengingat hanya tersedia waktu kurang dari 5 menit. Kami naik turun tangga untuk mencapai platform 4. Sesampainya di platform 4, kami menemukan bahwa kereta telah pergi. Karena perpindahan harus dilakukan dalam waktu singkat, kami tidak mampu berlari naik-turun tangga seperti anak muda.
Akhirnya kami memutuskan menggunakan jasa Uber menuju stasiun Venlo di Belanda, karena kereta berikutnya akan berangkat pagi hari berikutnya. Perjalanan dengan Uber melalui jalan bebas hambatan sekitar 50km. Setiba di Venlo Station masih cukup waktu untuk mendapatkan kereta terakhir menuju Stasiun Ede-Wageningen. Keretapun tiba dan mengantar kami dengan selamat hingga stasiun Ede-Wageningen pk.00.11 via Nijmegen waktu setempat. Kami seharusnya sudah harus tiba di stasiun tersebut pk. pk.21.00, tetapi kenyataannya terlambat 3 jam dari jadwal yang direncanakan sebelumnya.
Tips Berkereta di Jerman
Perjalanan Warsawa menuju Ede-Wageningen ini cukup menarik bagi saya karena dalam faktanya kereta milik perusahaan sekaliber Deutsche Bahn (DB) saja dengan mudah membatalkan sebuah perjalanan. Cukup dinyatakan ausfall atau batal, maka sebuah perjalanan rangkaian kereta api dibatalkan mendadak. Hal yang sangat jarang saya temui di Indonesia.
Belum pernah saya jumpai atau mungkin amat sangat jarang saya temui KAI membatalkan perjalanan rangkaian kereta api tanpa alasan jelas seperti adanya kerusuhan atau bencana alam, atau mungkin kerusakan pada rangkaian kereta api. Tapi pembatalan perjalanan sebuah rangkaian kereta api secara mendadak di Jerman umum terjadi.
Jika anda berkunjung ke Jerman untuk suatu keperluan dan belum pernah mencoba sarana transportasi kereta Jerman, maka anda harus selalu bersiap dengan keadaan yang berubah secara mendadak. Pemberangkatan rangkaian kereta yang dibatalkan atau dialihkan tanpa alasan yang jelas. Apalagi jika anda harus melakukan sebuah perjalanan bisnis yang sangat penting, maka saya tidak merekomendasikan anda untuk menggunakan rangkaian kereta api Jerman ini.
Opsi Moda
Masih banyak moda transportasi lain di Jerman seperti pesawat terbang (jika bepergian antar negara Eropa), bus, atau taxi dan uber. Jangan sampai pertemuan penting anda gagal akibat perubahan mendadak atau pembatalan keberangkatan rangkaian kereta api secara mendadak. Ingat bisnis anda jauh lebih penting.
Bagi para traveller atau para backpacker mungkin pilihan terbaik adalah menggunakan sarana transportasi bus, walau terkadang di hari libur beberapa bus di Jerman mulai beroperasi sekitar pk.10.00 pagi waktu setempat. Walau tiket yang dibeli akan diganti oleh pihak perusahaan kereta api Jerman, tetapi penundaan atau pembatalan jadwal tentunya berpotensi mengacaukan rencana yang sudah tersusun dan terprogram.
Dari permasalahan ini saya berfikir bahwa KAI masih tergolong sangat baik dalam penjadwalan keberangkatan keretapi reguler di Indonesia. Bayangkan apa yang akan terjadi jika rangkaian kereta Argo Bromo jurusan Jakarta-Surabaya mendadak dibatalkan dalam waktu 30 menit menjelang keberangkatan tanpa alasan jelas? Penumpang kemudian dipindahkan ke kereta jurusan Jakarta-Jogjakarta dan silakan melanjutkan perjalanan dari Jogjakarta ke Surabaya walau dengan tiket yang sama, tidak perlu membayar lagi. Bagaimana respons para penumpang yang dialihkan tersebut?
Para penumpang yang dialihkan silakan duduk mengemper di kereta jurusan Jakarta-Jogjakarta karena bangku kereta Jakarta-Jogjakarta telah terisi penuh. Jika hal tersebut benar terjadi, tentu KAI akan dikecam habis oleh netizen dan masuk pemberitaan media massa berhari-hari. Meskipun kualitas gerbong kereta api kita tidak sebanding dengan kereta api Jerman, saya tetap melihat manajemen kereta api Indonesia sebagai lebih baik. Hal ini terutama terlihat dari penjadwalan kereta api reguler yang sangat teratur dan terprogram.
Cerita di balik Peristiwa
Setelah peristiwa keterlambatan dan pengalihan penumpang kereta api yang saya alami saya mencoba mencari berita tentang penyebab keterlambatan dan penundaan kereta api Jerman tersebut. Beberapa media menyebutkan bahwa keterlambatan kereta api di Jerman adalah akibat dari beragam masalah yang terjadi pada sistem perkeretaapian di Jerman.
Jaringan rel kereta api Jerman sepanjang 33.000 km yang telah menua, trek, platform kereta api, serta jembatan kereta api yang menua, hingga adanya sabotase terhadap peralatan perkeretaapian oleh kelompok tertentu (news.cv-gen.com, 2022).
Karl-Peter Naumaan dari Asosiasi Hak Penumpang Pro-Bahn menyebutkan bahwa terlalu banyak lokasi konstruksi, sedikitnya jumlah kereta api yang tersedia, serta problem jaringan insfrastruktur kereta api di Jerman (dw.com, 2018).
Sebagai orang Indonesia, saya patut berbangga atas pencapaian KAI saat ini. Bahwa dengan fasilitas rel yang tidak semuanya baru, tersedianya setasiun, terowongan, serta jembatan kereta peninggalan kolonial Hindia Belanda yang telah berusia seratus tahun lebih. Fasilitas gerbong yang mungkin tidak sebaik yang dimiliki oleh Jerman, tetapi kini Indonesia tampaknya lebih unggul pada sistem ketepatan waktu, dengan sangat jarang terdengar adanya pembatalan perjalanan rangkaian kereta api oleh KAI. Maju terus kereta api Indonesia.
Demikian cerita perjalanan saya menggunakan Kereta Api yang Amazing.