Oleh : Maria Fransiska Dilgan Bewoli (Mahasiswi STIPAS St. Sirilus Ruteng)
Sejarah Valentine
Sejarah pertama valentine datang dari seorang pastor Romawi, bernama Valentine, pada abad III M. Pastor Valentine memiliki kisah tragis pada hari terakhir hidupnya. Dia dipukuli dan dipancung pada tanggal 14 Februari 278 M sebagai hukuman karena Pastor Valentine menentang kebijakan Kaisar Claudius II.
Pastor Valentine diketahui diam-diam menikahkan setiap pasangan kekasih di Roma. Padahal Kaisar Claudius II melarang para prajuritnya untuk menikah ataupun bertunangan. Bagi Sang Kaisar Claudius II menikah atau bertunangan dilihat dapat menghambat perang karena para suami yang terikat pada istrinya sehingga akhirnya tidak mau maju bertempur.
Tindakan Pastor Valentine yang memberi berkat pernikahan kepada para prajurit itu, secara tidak langsung, sangat kontra dan melawan perintah dari Kaisar Caludius II. Setelah Kaisar Caudius II mengetahui aksi diam-diam Pastor Valentine itu, ia pun menjebloskan Pastor Valentine ke dalam penjara. Pastor Valentine pun dijatuhi hukuman mati dengan cara dipancung. Sebelum dihukum mati, Pastor Valentine sempat merawat sesama tahanan dan bahkan mampu menyembuhkan kebutaan seorang anak perempuan dari penjaga penjara, yang mejadi temannya selama di penjara.
Perayaan Valentine berdasarkan kisah Sang Pastor lebih dipercaya karena Pastor Valentine meninggalkan surat kepada sang putri penjaga penjara, dengan judul “From Your Valentine” pada 14 Februari 278 M, hari eksekusi matinya. Tulisan ini telah menginspirasi publik sehingga sejak abad ke-5 M setiap tanggal 14 Februari ditetapkan sebagai Hari Valentine.
Makna Valentine
Hari Valentine pada umumnya memiliki arti sebagai momen perayaan cinta dan kasih sayang. Arti valentine seringkali digambarkan dengan ungkapan yang seringkali berbeda dan masing-masing orang mengartikannya sesuai dengan persepektif mereka dan hal ini selalu dihubungkan dengan faktor situasional.
Mengapa demikian? Bagi orang yang jatuh cinta valentine dimaknai sebagai momen untuk membagi kasih sayang kepada orang yang dicintainya dengan berbagai bahan compliment lainnya, yang dilihat sebagai pernak-pernik valentine yang harus diberikan atau didapatkan oleh orang-orang fall in love pada umumnya. Namun, bagi orang yang tidak sedang berada situasi jatuh cinta Perayaan Valentine dilihat sebagai perayaan yang biasa-biasa saja tanpa makna dan arti yang berarti, dan bahkan mereka melihat hari Valentine -bagi kebanyakan orang itu-merugikan karena harus mengeluarkan uang cukup banyak hanya untuk memenuhi tuntutan hari itu. Dari pendeskripsian ini dapat dilihat bahwa makna Valentine itu sebenarnya tergantung pada siapa dan bagaimana ia merayakannya.
Nuansa valentine memang terlihat sangat luar biasa dengan warna khasnya dan barang-barang berbentuk jantung atau hati, yang merupakan satu kesatuan dari Valentine itu sendiri. Barang-barang khas Valentine berupa cokelat, boneka, kartu ucapan valentine bergambar hati, bunga dan jenis-jenis lainnya. Banyak orang merasa berharga dan bernilai jika mendapat sesuatu yang istimewa pada hari Perayaan Valentine ini. Seringkali perasaan ini terjadi pada remaja-remaja pada umumnya. Tetapi, berbicara tentang momen membagi cinta dan kasih tidak seharusnya untuk pasangan/pacar saja. Ada banyak orang yang merasakan momen ini, seperti keluarga, teman/sahabat/guru atau siapapun yang kita rasa pantas untuk mendapat cinta dan kasih yang spesial di hari Valentine ini.
Makna Valentine bagi Civitas Akademika STIPAS
Bagaimana civitas akademika Stipas memaknai Valentine? Tema yang diangkat Valentine ini adalah “Stipas: Tempat Membagi kasih”. Civitas akademika melihat bahwa momen Valentine adalah momen membagi kasih dan saying.
Sebenarnya makna khas dimaknai adalah Stipas St. Sirilus sebagai lembaga yang mendasar kasih itu sendiri, kasih dari ketua sekolah untuk civitas akademika, kasih para dosen kepada mahasiswa/i, begitupun sebaliknya, serta kasih mahasiswa terhadap mahasiswa/i lainnya. Singkatnya, perjalanan yang telah dilalui Stipas semuanya telah didasarkan pada kasih, seperti motto dari Bapa Uskup Mgr. Siprianus Hormat, “Omnia in Caritate (lakukan semuanya dalam kasih)”.
Sebagai ketua sekolah ia membagi kasih kepada civitas akademika dengan sepenuh hati memimpin lembaga ini sehingga seluruh proses berjalan lancar; para dosen mendidik dan mengar para mahasiswa/i dengan kasih untuk mewujudkan visi bersama; dan kasih sesama mahasiswa/i lewat kerja sama, komunikasi yang baik dan bentuk relasi lainnya. Momen membagi kasih sebenarnya bukan hanya dilaksanakan pada tanggal 14 Februari setiap tahun, tetapi bahkan setiap detik, menit, jam dan waktu yang telah mereka lalui bersama (grow together) sebagai perayaan Valentine.
Kasih yang telah mengakar dalam setiap pribadi di civitas akademika Stipas ditunjukan melalui effort, kerja keras, tanggung jawab, integritas dan pencapaian yang diperoleh baik dari lembaga, dosen dan mahasiswa sendiri. Sehingga momen Valentine bagi civitas akademika Stipas St. Sirilus adalah salah satu bagian dari hari untuk dijadikan suatu momen untuk membagi kasih.