Alat Deteksi
Hasil deteksi itu di peroleh setelah KRI Rigel-933 mencari di perairan utara Bali menggunakan alat deteksi sonar multibeam echo sounder (MBES) pada pukul 01.00 WITA, Minggu.
“Pada hari ini, Minggu, 25 April 2021 pada pukul 01.00 WITA, KRI Rigel yang sedang melakukan (pencarian memakai) multibeam echosounder melaksanakan kontak bawah air yang signifikan di sekitar posisi datum atau (posisi) tenggelamnya KRI Nanggala pada kedalaman 838 meter,” kata Margono, saat jumpa pers.
Dalam pencarian itu, alat deteksi bawah laut (ROV) yang di operasikan KRI Rigel-933 hanya mampu mendeteksi sampai maksimal kedalaman 800 meter.
Oleh karena itu, hasil deteksi itu di serahkan dan dilanjutkan kapal milik Singapura, MV Swift Rescue. “Kemudian, di identifikasi kontak tersebut pada 07.37 WITA, Minggu pagi. MV Swift Rescue menurunkan ROV guna menindaklanjuti kontak bawah laut yang tadi di berikan KRI Rigel,” katanya.
“Pada pukul 09.04 WITA, ROV Singapura mendapat kontak visual pada posisi 07 derajat 48 menit 56 detik Lintang Selatan, 114 derajat 51 menit 20 detik Bujur Timur, yaitu tepatnya dari datum satu tadi tempat tenggelamnya KRI Nanggala berjarak 1.500 yard di selatan pada kedalaman 838 meter,” kata Margono.
Sementara itu, Kasal Laksamana TNI Yudo Margono menambahkan bahwa KRI Nanggala-402 tenggelam terjadi bukan karena terjadi “human error” (kesalahan manusia). “Saya berkeyakinan ini (tenggelamnya KRI Nanggala) bukan karena ‘human error’ tapi lebih pada faktor alam,” katanya.
Proses Pengangkatan
Ia menjelaskan bahwa untuk proses investigasi akan di lakukan setelah proses pengangkatan KRI Nanggala-402 selesai di lakukan. Ia menegaskan bahwa kapal tenggelam bukan terjadi karena human error. Hal ini di pastikan. Karena saat proses menyelam itu sudah melalui prosedur yang benar.
“Kapal ini bukan karena ‘human error ‘. Karena saat proses menyelam itu sudah melalui prosedur yang betul. Jadi mulai laporan pengalaman, kemudian terdengar dari penjejak kemarin itu sudah melaksanakan peran-peran, peran persiapan kapal bertempur, kemudian peran menyelam dan sebagainya,” jelasnya.
Selain itu, kata Kasal bahwa saat menyelam juga di ketahui lampu kapal masih menyala semua. Hal ini berarti tidak terjadi blackout. Namun saat menyelam, kontak dari kapal langsung hilang dan nantinya akan di investigasi.
Tahun 2012, KRI Nanggala sempat “overhaul” di Korea, setelah di Indonesia sudah di laksanakan tingkat perbaikan. Baik dari pemeliharaan menengah hingga pemeriksaan rutin. Sebelumnya, KRI Nanggala sudah sempat berlayar dan latihan pada 12 April 2021 melaksanakan latihan penembakan torpedo.
“Jadi, sudah di nyatakan bahwa kapal ini layak untuk melaksanakan berlayar dan bertempur. Sehingga kami proyeksikan untuk melaksanakan latihan penembakan torpedo kepala latihan maupun kepala perang,” katanya. (Antara)