Banyuwangi, Suaranusantara.co – Tari Gandrung, adalah seni budaya tradisional Suku Osing, yang hidup di Jawa Timur, tepatnya di daerah Banyuwangi. Meski seni tari ini merupakan kultur asli masyarakat keturunan Jawa Timur, namun ada unsur perpaduan budaya Bali khusunya Kerajaan Blambangan.
Keturunan Kerajaan Blambangan terkenal sebagai masyarakat yang lekat dengan kehidupan agraris atau bidang pertanian.
Tari Gandrung terinspirasi dari kekaguman yang tumbuh terhadapi citra seorang Dewi Sri atau Sang Dewi Padi yang senantiasa membawa kesejahteraan dan kemakmuran. Seni Tari Gandrung pada umumnya di pagelarkan saat panen raya.
Tarian ini awalnya merupakan ritual untuk menghormati Dewi Sri melalui upacara adat. Namun kini telah bertransformasi menjadi kesenian rakyat.
Pagelaran Tari Gandrung menyuguhkan gerak seni tari berpasangan antara perempuan dan laki-laki. Biasanya sang penari perempuan mengajak salah satu penonton untuk ikut tampil dengan cara menariknya menggunakan selendang.
Penari mengajak penonton setelah melakukan gerak maju atau tahap jejer selesai. Umumnya yang pertama kali mereka ajak menari adalah tamu berkedudukan tinggi seperti pejabat negara atau pejabat daerah setempat. Lalu setelahnya, berganti dengan penonton lainnya atau masyarakat biasa.
Tarian ini seringkali di sambut dengan sorak sorai penonton yang tertawa gembira. Mengapa? Sebab saat Gandrung (penari perempuan) mengajak penonton untuk menari dengan mengalungkan selendang, penari melakukannya dengan gaya menggoda lawan jenis.
Seni tari ini adalah kebudayaan asli Banyuwangi, yang terpengaruh oleh budaya Bali karena letak geografis kedua wilayahnya memang saling berdekatan.
Musiknya sekilas memang mirip, namun instrumennya ada yang berbeda. Demikian pula dengan kostum para penari, ada yang mirip, namun di Banyuwangi lebih simpel, sedangkan seni khas Bali kostumnya lebih lengkap.
Tari Gandrung adalah perkawinan seni budaya yang memadukan keunikan dan keindahan. Well, tertarik untuk mencoba menari dengan Gandrung?