Kupang, Suaranusantara.co – Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Abraham Liyanto mengemukakan pembangunan masa depan siswa-siswi SMA di NTT tidak bisa diletakkan pada sekolah atau guru saja. Akan tetapi harus melibatkan seluruh elemen masyarakat, baik pemerintah maupun swasta.
“Perlu kolaborasi lintas sektor. Pemerintah, sekolah, swasta, dunia usaha, aktivis pendidikan, tokoh agama, tokoh pendidikan, dan yang lain harus terlibat,” kata Abraham dalam seminar bertema “Sinergi Orang Tua/Wali dan Sekolah Dalam Membentuk Masa Depan Peserta Didik SMA” di Kupang, NTT, Rabu, 26 Februari 2025.
Acara diselenggarakan dengan menghadirkan 800 siswa SMA.
Abraham melihat NTT punya modal banyak untuk membangun masa depan siswa SMA lebih baik. Misalnya, NTT kaya akan sumber daya alam seperti tambang, mangan, panas bumi, mutiara.
NTT juga kaya akan hasil laut. Bahkan laut NTT masih sangat minim dibudidayakan. Misalnya garam, arus laut, ikan.
Hasil pertanian dan peternakan juga berlimpah. Tetapi pasar penjualannya terbatas.
Modal lainnya adalah destinasi wisata NTT yang sangat banyak. Dari obyek yang ada, masih banyak yang belum dieksplor untuk dijadikan tempat wisata.
“Ini semua menjadi modal pembangunan siswa SMA di NTT. Jika setiap sektor ini didorong agar siswa SMA terlibat, saya yakin mereka punya masa depan yang gemilang. Misalnya dengan membuka ruang bagi mereka untuk kerja magang atau praktek kerja lapangan,” jelas Abraham.
Pemilik Universitas Citra Bangsa (UCB) Kupang ini optimistik, dengan keterlibatan lebih awal para siswa dalam sektor-sektor itu, mereka akan tahu potensi daerahnya. Kemudian, mereka bisa mengetahui bakat atau minat dirinya pada sektor apa yang ingin ditekuni.
Dia menyebut sejumlah tantangan yang dihadapi siswa SMA sekarang. Pertama, akses terbatas pada pendidikan dan keterampilan. Kedua, kurangnya infrastruktur dan akses teknologi. Ketiga, peluang kerja terbatas di sektor formal.
Pemilik Hotel Harper Kupang ini menyarankan, yang perlu dilakukan sekarang adalah lebih banyak memperkuat pendidikan vokasi dan pelatihan keterampilan. Kemudian memberikan akses pelatihan teknologi yang mudah dijangkau oleh para siswa.
Di sisi lain, pemerintah harus mendukung penuh kehadiran wirausaha muda dengan insentif yang menarik dan program pendampingan. Selain itu, pemerintah harus menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya agar para siswa SMA yang lulus bisa langsung bekerja.
“Di sinilah perlunya kolaborasi. Swasta berjalan menciptakan ruang usaha. Tapi pemerintah perlu beri insentif dan pendamping agar mereka bisa berkembang. Semakin banyak lapangan kerja, maka masa depan siswa SMA di NTT semakin cerah,” tutup anggota Komite I DPD RI ini.