Kupang, Suaranusantara.co – Anggota MPR/DPD RI dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Abraham Liyanto menyebut lahirnya era reformasi ikut melunturkan nilai-nilai Pancasila. Pasalnya, salah satu tuntutan reformasi adalah menghapus program Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dan Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7).
“P4 dan BP7 menjadi kunci keberhasilan Orde Baru dalam mengamalkan Pancasila kepada masyarakat. Sayang keduanya dihapus karena tuntutan reformasi,” kata Abraham saat memberikan kegiatan sosialisasi Empat Pilar kepada mahasiswa Universitas Citra Bangsa (UCB) di Kupang, NTT, Jumat, 26 November 2021.
Ia menyebut dampak penghapusan P4 dan BP7 sangat terasa saat ini. Kondisi sekarang, banyak masyarakat yang lupa akan nilai-nilai Pancasila. Bahkan menghafal lima sila Pancasila saja tidak bisa. Berbeda pada zaman Orde Baru yang mewajibkan setiap siswa atau mahasiswa mengikuti P4 saat menjadi siswa baru.
“P4 itu efektif untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila. Berbeda dengan sekarang. Anak muda sekarang lebih gandrung dengan ideologi dari luar seperti khilafah, radikalisme, terorisme, dan lainnya,” tutur Abraham.
Anggota Komite I DPD ini melihat, bergabungnya sejumlah orang dalam ideologi khilafah, terorisme, radikalisme karena pemahaman Empat Pilar bangsa yang lemah. Hal ini bisa terjadi karena pelajar terkait Pancasila dan pilar-pilar bangsa lainnya telah hilang dari pelajaran di sekolah.
“Ini memang dampak buruk dari tuntutan reformasi yang menghilangkan pelajaran Pancasila di sekolah-sekolah. Akibatnya, ada masyarakat yang gandrung terhadap ideologi lain,” tegas Abraham.
Dia setuju jika pelajaran Pancasila dan pilar-pilar bangsa lainnya kembali ke sekolah-sekolah. Tinggal format dan cara penyajiannya harus beda dengan model Orde Baru. Hal itu supaya tidak terjadi doktrinasi yang dimanfaatkan untuk kepentingan politik penguasa.
“Metodenya harus disesuaikan dengan trend masyarakat sekarang. Misalnya model pelajaran dengan lebih banyak nonton film. Atau materi Empat Pilar di share lewat Youtube supaya semua masyarakat bisa menontonnya,” saran Abraham.
Ketua Kadin Provinsi NTT ini melihat saat ini, banyak masyarakat yang sudah lupa akan empat pilar, termasuk mahasiswa. Hal itu karena derasnya pengaruh ideologi lain yang masuk ke negara ini seperti ideologi khilafah atau radikalisme.
Pengaruh ideologi luar ini, lanjut Abraham, sudah sampai ke desa-desa. Sementara pemahaman terhadap empat pilar bangsa sudah luntur. Jika tidak ada yang menggelorakan lagi, lama-lama semua anak bangsa lupa akan ideologi bangsanya.
“Setelah tidak ada lagi penataran P4, masyarakat akhirnya lebih gandrung terhadap ideologi lain. Ini sangat berbahaya bagi bangsa ini,” tutup Abraham