Ruteng, Suaranusantara.co – Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena melakukan kunjungan kerja di kabupaten Manggarai pada 11 hingga 12 April 2025.
Serangkaian kegiatan dilakukan oleh Gubernur NTT dalam agenda kunjungan kerja kali ini, termasuk diantaranya bertemu Uskup Keuskupan Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat di Istana Keuskupan Ruteng pada Sabtu (12/4/2025).
Dalam pertemuan tersebut sejumlah hal dibahas kedua tokoh ini, diantaranya penanganan stunting, makan bergizi gratis, kemiskinan ekstrim dan beberapa isu lainnya.
Salah satu yang dibahas adalah isu yang sedang hangat diperdebatkan yakni pengembangan energi panas bumi atau Geotermal.
Keuskupan Ruteng Tolak Geotermal!
Dikonfirmasi oleh awak media setelah pertemuan, Mgr. Sipri menyatakan sikap untuk menolak pengembangan Geotermal di wilayahnya dan beberapa wilayah di Flores, NTT.
Sikap penolakan tersebut, diterangkan Mgr. Sipri merujuk pada Surat Gembala yang diputuskan dalam sidang Uskup Keuskupan Gerejawi Ende.
Mgr. Sipri menjelaskan, sikap yang ia ambil bersama 5 keuskupan lainnya merupakan jawaban dari keresahan yang dirasakan oleh umat.
“Saya kira apa yang menjadi keputusan bersama Uskup, itu sudah menjadi suaranya,” jelas Mgr. Sipri.
Mgr. Sipri menambahkan, dialog antara Gereja dan Pemerintah mesti menjadi perhatian dan harus terus dibangun untuk menyamakan persepsi dan menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi.
Gereja sebagai bagian dari Negara menurut Mgr. Sipri, memiliki tugas untuk mendukung semua kebijakan Pemerintah sembari tetap memberikan pikiran-pikiran kritis.
Pemikiran kritis, diterangkan Mgr. Sipri dilakukan Gereja dengan mengedepankan pesan-pesan moral dan etik dalam tugas sebagai tokoh agama.
Mgr. Sipri juga mengapresiasi upaya dialog yang diinisiasi oleh Gubernur NTT. Upaya ini diharapkan dapat menyelesaikan berbagai persoalan dan menghindari perpecahan yang ditimbulkan akibat adanya perbedaan pandangan.
“Justru itu (dialog) yang memang harus kita kedepankan. Karena suasana dan budaya ini yang tidak ada selama ini,” tambahnya.
Lanjut dijelaskan Mgr. Sipri, Gereja dan Pemerintah berkomitmen untuk selalu berjalan bersama dalam upaya membangun kehidupan masyarakat seluruhnya.
Perbedaan pandangan yang terjadi juga diharapkan tidak mengganggu dinamika pembangunan yang sedang dan akan dijalankan kedepan.
“Karena semua pembangunan pasti berujung kepada masyarakat. Ada dinamika, kita duduk bersama. Itu yang menjadi kekhasan kita,” ungkap Mgr. Sipri.
Uskup Sipri menghimbau semua pihak untuk menahan diri sembari menunggu keputusan dan hasil dialog yang dibangun antara Gereja, Pemerintah dan stakeholder lainnya.
Ia juga meminta semua pihak untuk mengedepankan gagasan edukatif sebagai upaya menghindarkan fitnah dan perpecahan juga konflik yang berpotensi muncul ditengah kehidupan masyarakat.
“Mengumpulkan semua stakeholder, kita kedepankan semua apa yang menjadi pertimbangan sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang baik untuk pembangunan bersama,” terangnya.
Gubernur NTT: Kita Cari Solusi Bersama!
Terpisah, Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena menjelaskan tujuan dirinya bertemu dengan para pimpinan Gereja dalam rangkaian agenda kunjungan kerjanya.
Melki menjelaskan, dirinya mengupayakan untuk melibatkan semua pihak termasuk Gereja untuk menemukan solusi dari berbagai persoalan yang terjadi.
Ia juga ingin mendengarkan secara langsung sudut pandang Gereja terkait beragam isu yang ada di NTT termasuk diantaranya isu Geotermal.
“Intinya nanti pasti akan duduk bersama untuk sama-sama menemukan solusi terbaik, apa yang paling baik buat pengembangan pembangunan ke depan di semua sektor yang ada,” jelas Melki.
Isu Geotermal secara khusus dijelaskan olehnya, akan dilakukan peninjauan kembali terhadap beberapa proyek yang sedang dan akan berjalan termasuk di Poco Leok, wilayah Keuskupan Ruteng.
Ia mengaku telah merekomendasikan tiga hal. Tiga hal tersebut diantaranya, proyek pembangunan Geotermal yang sudah baik akan dilanjutkan, yang belum optimal akan diperbaiki, dan menghentikan pembangunan proyek yang tidak lagi bisa dioptimalkan.
“Jadi kita punya tiga kategori ya. Yang masih bagus tetap jalan terus. Yang dia agak kurang bagus perlu perbaikan. Yang sama sekali itu memang tidak bisa lagi diperbaiki, yang merusak, dihentikan,” ucapnya.
Melki menambahkan, dirinya akan melibatkan semua pihak untuk melihat persoalan ini secara objektif melalui tim yang akan dibentuk olehnya.
Senada dengan Mgr. Sipri, Melki juga menghimbau semua pihak untuk menahan diri dan mendorong terciptanya situasi yang lebih kondusif.
Ia juga berharap perdebatan terkait Geotermal bisa diselesaikan dengan cepat agar tidak mengganggu agenda-agenda pembangunan lainnya. Karena itu ia akan melibatkan semua pihak baik yang pro maupun yang kontra terhadap Geotermal.
“Pemerintah dan semua pihak, kita lagi duduk bersama cari solusi. Kami juga bertemu Bapak Uskup, karena ini juga jangan sampai urusan geotermal mengganggu semua pembangunan di NTT, termasuk di Manggarai,” tambahnya.
Melki berjanji akan menyelesaikan polemik Geotermal. Kemampuan dan pengalaman yang ia miliki diyakini akan mempercepat proses penyelesaian masalah tersebut.
Pertimbangan moral dan etik yang disampaikan oleh Gereja diamini oleh Melki. Ia berharap, berbagai upaya yang telah dihasilkan sejauh ini dapat menemukan solusi dari permasalahan tersebut.
“Karena semua maksud baik, karena itu pasti ada titik temunya. Dan jangan perhadap-hadapkan Gereja dan Pemerintah, sekali lagi jangan ya. Sikap Bapa Uskup secara moral etik sudah benar seperti itu, tapi nanti kita akan lihat lagi di lapangan,” tutupnya.
Penulis: Patris Agat