Oleh : Gregorius Ganggur
Manggarai, Suaranusantara.co – Liburan Idul Fitri tahun ini merupakan berkah bagi pencinta petualangan atau traveler. Bagi saya kesempatan ini merupakan momen yang tepat untuk mewujudkan mimpi menapak langkah di areal Danau Lotus terbesar kedua di dunia. Danau tersebut terletak di Kelurahan Pota, Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Cerita tentang Rana Tonjong, demikian masyarakat setempat menyebutnya, telah menarik perhatian banyak wisatawan lokal maupun peneliti dari berbagai institusi untuk melakukan riset di sana.
Penulis sendiri telah lama merindukan untuk datang dan menginjakan kaki di sana. Atas rekomendasi dari pihak dinas pariwisata dan pelaku pariwisata Kabupaten Manggarai Timur, bersama rombongan kami memutuskan menghabiskan liburan lebaran kali ini untuk mengunjungi beberapa spot wisata yang ada di wilayah utara Kabupaten Manggarai Timur tersebut. Salah satunya adalah Danau Rana Tonjong.
sumber foto : penulis
Setelah menyiapkan segala sesuatunya, sebelum fajar mengecup nako jendela rumah, rombongan kami telah berkumpul. Setelah semuanya siap, kami memulai perjalanan yang memakan waktu tujuh setengah jam hingga tempat tujuan. Sebagai inisiator dan konseptor darmawisata tersebut penulis harus selalu siap segala sesuatunya. Mulai dari perlengkapan yang harus dibawa, transportasi yang dipilih, akomodasi, objek utama yang di kunjung, dan juga objek pendukung lainnya serta hal-hal lain yang tentunya akan diperlukan dalam berdarmasiwata.
Kepuasan dan kebahagiaan rombongan tentu menjadi prioritas utama penulis dalam menyukseskan kegiatan darmawisata itu. Keramaian seputaran kota Ruteng, memaksa penulis untuk memelekan mata setelah sebagian perjalanan telah melewati hutan belantara yang masih diselimuti kumulus dan kicauan pagi burung berkanon dengan beberapa bunyi knalpot motor pun mobil yang hendak menuju pusat pemerintahan Kabupaten Manggarai.
Jarum jam telah menunjuk pukul 11.20 waktu setempat. Perjalanan rombongan kembali dilanjutkan. Hentakan musik truk kayu (oto kol), sebutan masyarakat Manggarai. Cukup menarik perhatian masyarakat seputaran kota Ruteng Oto kol rombongan kini melaju kencang melewati kelokan yang cukup menantang sebelum memasuki Pagal. Mobil rombongan terus melaju menuju Reo sebelum melewati titik nol wilayah Manggarai timur di jembatan yang cukup fenomenal, Jembatan Gongger. Asa dan penasaran ingin segera sampai di Rana Tonjong, harus ditahan. Rombongan harus berhenti untuk mengisi kekosongan perut karena waktu makan siang nampaknya sudah tidak bisa ditunda lagi. Beberapa anggota rombongan terlihat lusuh dan kusut, menahan lapar. Iringan mobil rombongan, kini menepi di bantaran kali di tengah hutan dan dikelilingi persawahan masyarakat. Gemerincik air di cela bebatuan menemani santap siang yang telah disediakan rombongan.
Perjalanan tersisa 2 jam 30 menit, rombongan disuguhkan dengan pemandangan pantai dan persawahan. Pantai Laing Lewe sepanjang pesisir Dampek, Dermaga Kayu Nanga Lirang, Hutan Lamtoro, jembatan Wae Togong Bawe, Hutan Bakau yang dihuni ribuan kelelawar yang terlihat jelas dari puncak tanjakan Lempas Nae, areal pertanian Hortikultura bawang merah dan Padi yang menguning membuat perjalanan tersisa tidak terasa. Rombongan disambut oleh bapa Os, demikian kami memanggilnya. Bersama istri dan putri semata wayang, Mama Ros dan kaka Ain, kami melepas lelah dengan suguhan kopi dan teh panas di pendopo rumah kepala Sekolah SMP Katolik Teratai itu.
sumber foto : penulis
Udara Pota cukup panas, tak mengurung niat kami untuk segera menuju destinasi utama darmasiwata kami, Rana Tonjong. Kopi dan teh panas memanaskan semangat kami untuk segera menorehkan jejak di Danau Lotus terbesar kedua di dunia setelah di India. Dipandu oleh penduduk lokal, kaka Arsen rombongan bergegas menuju Danau Rana Tonjong. Tujuh menit kemudian kami tiba di Danau yang tersembunyi di balik keramaian dan hiruk pikuk kehidupan masyarakat Pota itu.
Matahari yang tadinya masih mencium bibir pantai Pota, kini tidak tampak di seputaran Danau Rana Tonjong. Disana, hanya ada aroma bunga Lotus yang bermekar indah menyambut kedatangan rombongan. Nampak sepi, hanya ada suara desiran angin menerpa batang Lotus dan memaksa menari menyambut kami.
Kaka Arsen, menuntun penulis menelusuri setapak yang mengelilingi Danau seluas 3,5 hektar itu. Sesekali penulis menahan langkah mencoba mengamati bunga Lotus yang bermekaran menyambut kami. Ingin rasanya menyalami dengan menggapai bunga berwarna cinta itu. Namun rupanya, penulis harus menahan diri karena waktunya belum tiba untuk menggapai. Pengunjung hanya mampu melihat dan mengamati dari setapak berjarak 4 hingga 5 meter dengan bunga lotus yang bermekar. Pengunjung diajaknya untuk datang kembali bila waktunya tiba untuk dapat menggapainya dan boleh menikmati buah Lotus atau buah Tonjong sebutan masyarakat lokal.
Dari informan yang terpercaya, sebut saja abang Arsyad, Panjang setapak yang melingkari Danau tersebut adalah 610 meter. Di sana pemerintah daerah kabupaten Manggarai timur telah menyediakan sebuah pondok kecil di pojok barat Danau Rana Tonjong untuk sejenak beristirahat sambil menikmati kuncup dan mekarnya bunga Lotus.
Setelah menikmati setengah dari panjang setapak, rombongan sejenak beristirahat di pondok sambil mengabadikan jejak dengan berfoto ria sebelum kembali ke penginapan untuk melepas lelah perjalanan seharian sebelum esok hari melakukan eksplorasi beberapa spot destinasi wisata pantai utara yang menyimpan banyak decak kagum pengunjung dan penikmat wisata pantai atau bahari.
Penulis adalah Guru Bahasa Inggris dan Pembina Pers Smansa Narang.