Jakarta, Suaranusantara.co – Kegiatan KoSSMI (Kompetisi Sains Siswa Muslim Indonesia) babak semi final, dengan 3000-an siswa/siswi peserta dari beberapa kota di Indonesia, terselenggara atas inisiasi Abak Academy yang bekerjasama dengan Universitas Al-Azhar Indonesia, Minggu (19/03).
Pendiri Abak Academy, Munasprianto Ramli Ph.D,, menyampaikan bahwa KoSSMI bertujuan untuk membangkitkan kembali kecintaan generasi muda muslim terhadap sains. Abak Academy mendesain kompetisi ini dengan harapan para siswa dapat antusias dan bersemangat untuk mempelajari sains. Sehingga kelak mereka tumbuh menjadi saintis yang membangggakan Islam dan Indonesia.
Tujuan KoSSMI antara lain adalah meningkatkan kualitas siswa muslim melalui pengembangan motivasi meraih prestasi. Kompetisi ini menjadi wadah yang menyediakan ruang bagi siswa/i muslim baik yang bersekolah di Madrasah, Pesantren, Sekolah umum dan Homeschooling untuk mengembangkan bakat dan minat di bidang sains dan matematika.
Penyelengaaran kegiatan ini tentunya memotivasi siswa-siswi muslim agar mereka senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual berdasarkan nilai-nilai agama
Keikutsertaan mereka akan membuka kesempatan yang sama bagi siswa muslim dalam belajar, berkreatifitas dan berprestasi. Dengan terjaringnya calon saintis muslim di masa depan mereka memiliki kesempatan untuk ikut pembinaan untuk berbagai kompetisi sains lanjutan.
Kerjasama dengan Kampus UAI
Wildan Hakim, mewakili pihak UAI, memberikan penjelasan bahwa kerjasama penyelenggaraan kompetisi sains antara Abak Academy dengan UAI tahun ini adalah yang kedua kalinya. Tahun lalu, Abak Academy dan UAI sudah pernah bekerjasama.
Munas Ramli, selaku inisiator KoSSMI, menjelaskan bahwa total semi finalis mencapai 3000-an dan tersebar di berbagai kota di Indonesia. Mereka mengikuti kompetisi ini secara bersamaan secara online. Untuk peserta Jabodetabek, yang berjumlah lebih dari 900 orang, mengikuti kompetisi ini di UAI.
Di masing-masing kota ada penanggung jawab lokasi yang membantu berjalannya kompetisi. Mereka saling berkomunikasi dan berkoordinasi via zoom, chat WA dan email.
Yang menarik, peserta kompetisi tidak bisa mencontek dengan cara browsing atau googling. Karena begitu login untuk menjawab soal, sistem akan mengunci secara otomatis. Jika peserta bermaksud melakukan kecurangan, akan muncul notifikasi. Jika kecurangan dilakukan, jawaban (yang belum selesai) akan otomatis terkirim.
“Karena sistem edukasi kami menekankan pada kejujuran. Jadi sebagai cendikia muslim, kita mengikuti ajaran agama Islam yang mengutamakan kejujuran. Mencontek itu tanda ketidakjujuran. Untuk mengeliminir, kami menerapkan sistem otomatis seperti itu,” jelas Munas.