Jakarta, Suaranusantara.co – Bom di pintu gerbang Gereja Katedral Makassar pada Minggu 28 Maret 2021 pukul 10.30 WITA sungguh mengejutkan. Sebab negeri ini sudah cukup aman dari teror bom dalam tiga tahun terakhir.
Aparat kepolisian selalu berhasil mengendus dan menggagalkan rencana aksi bom para penganut teologi kematian alias teroris atas nama agama.
Bahkan hingga bulan lalu, polisi – dalam hal ini Densus 88 – juga masih gencar dan berhasil menangkap puluhan terduga teroris di beberapa daerah, termasuk dari wilayah Sulawesi Selatan.
Itu sebabnya sejumlah analis menilai, aksi bom bunuh diri di Makassar ini adalah aksi balas dendam dari kelompok yang ditangkap.
Dan tumben, kali ini polisi kecolongan. Soal ini diakui oleg Kombes E Zulpan, Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Selatan, dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi swasta, Minggu 28 Maret 2021 sore.
Untungnya, aksi bom bunuh diri kemarin tidak menelan banyak korban jiwa. Hanya dua orang meninggal. Itu pun para pelaku sendiri. Umat Gereja Katedral dan warga lainnya hanya mengalami luka-luka. Mereka dirawat di sejumlah rumah sakit di Kota Makassar. Meski demikian, kita tetap bersedih dan berdoa agar mereka segera pulih.
Menyusul aksi biadab ini, sejumlah tokoh dan lembaga mengutuk. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengecam keras tindakan tidak bertanggung jawab itu. Pada saat bersamaan, ia memerintahkan Kapolri mengusut jaringan pelaku hingga ke akar-akarnya.
Dia juga menjamin pengobatan bagi para korban luka-luka di tanggung negara. Begitu juga Wapres Ma’ruf Amin. Mantan Wapres Jusuf Kalla yang merupakan tokoh asal Makassar pun ikut mengutuk aksi tersebut.
Berbagai lembaga tidak ketinggalan. Baik lembaga-lembaga agama seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) maupun organisasi-organisasi masyarakat dan partai politik. Mereka satu suara. Mengutuk dan mengecam tindakan bejat orang-orang yang menganut paham fatalisme.
Jaga Persatuan
Dari semua komentar yang ada, baik lembaga maupun para tokoh, pesan kuat yang muncul adalah kita harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Aksi para teroris jangan sampai mengoyak keharmonisan yang sudah terjalin dan terjaga selama ini.
Apalagi, aksi bom bunuh diri ini tidak mengatasnamakan agama tertentu. Sebab semua agama mengajarkan dan menyebarkan kedamaian. Cinta kasih. Bukan ketakutan dan kematian. Kalaupun pelaku dan jaringannya mengklaim bahwa mereka berjuang atas nama agama tertentu, itu sebuah penyimpangan.
Karena itu, tugas semua pihak saat ini adalah meyakinkan komunitas masing-masing hingga ke tingkat paling kecil bahwa kita tidak punya persoalan antaragama atau antarsuku, ras, atau budaya.
Jangan sampai komunitas-komunitas di akar rumput terprovokasi oleh aksi orang-orang yang mau mati konyol. Demi sebuah ideologi yang utopis mereka membenarkan kematian lewat cara yang sulit dicerna akal sehat.
Justru persoalan bersama kita adalah masih suburnya radikalisme di negara yang menganut prinsip Bhinkea Tunggal Ika. Ini seharusnya menjadi musuh bersama dan pekerjaan rumah semua anak bangsa untuk mengatasinya.
Butuh kekompakan semua elemen bangsa agar radikalisme atas nama apa pun di basmi dari muka bumi Indonesia. Dengan begitu kita bisa hidup damai dan seluruh energi di pakai untuk sama-sama membangum bangsa sesuai keinginan para para pendiri. Menjadi bangsa yang adil dan makmur.
Kasus bom di gerbang Gereja Katedral Makassar kita serahkan ke aparat kepolisian. Itu tugas dan wewenang mereka. Siapa dan seperti apa jaringan di belakang pelaku, biarlah menjadi urusan polisi. Tugas kita adalah mendukung kerja polisi dalam mengungkap pelaku dan motifnya.
Kita berharap, aparat kepolisian mampu membasmi bibit-bibit terorisme di negeri ini hingga ke akar-akarnya sebagaimana di perintahkan Presiden Jokowi kepada Kapolri.
Sekali lagi tugas komponen masyarakat lainnya adalah terus bergandengan tangan, mempererat persatuan, dan meningkatkan keharmonisan agar perdamaian di gaungkan makin luas.
Janganlah simpul-simpul yang sudah di bangun selama ini terkoyak hanya karena aksi bodoh para kaum fatalis. Mari kita terus merajut dan jangan biarkan persatuan kita terkoyak.