Inggris, Suaranusantara.co – Berbicara soal musik, agaknya sulit, kalau tidak bisa di bilang tidak mungkin, untuk tidak membicarakan band revolusioner The Beatles. Band ini menginspirasi banyak musisi di dunia, tak terkecuali Indonesia. Tak sedikit band-band dari berbagai jenis genre yang menjadikan The Beatles sebagai inspirasinya.
Kelompok musisi beraliran dasar rock ini terbentuk di Liverpool tahun 1960. Awalnya band ini terdiri dari lima orang, John Lennon sebagai gitar dan vokal, George Harrison (gitar-vokal), Paul McCartney (gitar-vokal), Stuart Sutcliffe (bas), dan Pete Best (drum).
Namun dua tahun kemudian Sutcliffe dan Pete Best hengkang. Kemudian posisi penggebuk drum digantikan Ringo Starr. Paul berganti posisi bermain bas. Setelah itu posisi mereka mulai solid, sampai band ini dikenal dengan julukan fab-four.
Tunggal pertamanya, Love Me Do di rekam atas arahan George Martin di Studio Abbey Road EMI, London. Tunggal itu di rilis pada Oktober 1962 dan berhasil menduduki posisi ke-17 dari 20 besar tangga lagu di Inggris. Setelah selesai merekam tunggal keduanya berjudul Please Please Me pada bulan November, mereka mulai muncul di televisi pertama kali dalam program People and Place.
Namanya semakin moncer ketika mereka tampil di acara legendaris The Ed Sullivan Show pada 1963 di New York. Sebanyak 74 juta pasang mata menyaksikan penampilan mereka. Kesuksesan itu kemudian disambut Capitol Records yang sepakat untuk mempromosikan The Beatles besar-besaran. Sejak saat itulah para pemuda mengidolakan fab-four.
Visi Misi Musik
Pengamat musik Mudya Mustamin menjelaskan kenapa The Beatles begitu berpengaruh bagi musisi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Menurutnya, kebesaran nama The Beatles karena mereka inovatif, dan berhasil menelurkan banyak hits.
“Jadi, untuk era 60-an 70-an itu mereka udah tergolong sangat di depan visi misi musiknya,” kata Mudya kepada VOI, Senin, 9 Maret.
Mudya bilang, alasan kenapa The Beatles begitu ikonik adalah karena mereka muncul tidak dengan musik yang standar. Selain itu musik-musik yang mereka sajikan juga enak dan mudah di nyanyikan. “Memorable-lah, gampang di inget,” kata Mudya.
Namun, apabila di telisik lebih detail, kata Mudya, “Progresi chord-nya enggak umum. Atau lirik-liriknya inspiratif. Makanya banyak yang suka,” jelas Mudya.
Banyak faktor yang membuat fab four menjadi begitu inspirasional. Mulai dari aransemen, lirik lagu, nada-nada yang tak lazim, dan proses rekamannya. Seperti dijelaskan Mudya, mereka juga band yang begitu eksploratif.
Eksperimen-eksperimen musiknya gila-gilaan, apalagi ketika mereka menggarap album “Rubber Soul”, “Revolver” dan “Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band”. “Musiknya juga makin berat untuk itungan pop zaman itu. Udah mulai ada psikedeliknya, progresifnya,” kata Mudya.
Teknik The Beatles
Banyak yang menyebut “Revolver” (1966) merupakan magnum opusnya The Beatles. Album itu di sebut paling inovatif dan eksperimental. Kumpulan nomor yang direkam setelah “Rubber Soul” (1965) itu merupakan sebuah masa ketika The Beatles mencapai tingkat kecanggihan baru dalam penulisan lagu.
Rekaman itu di mulai pada April 1966. Salah satu ide futuristik datang dari John Lennon. Ia punya ide untuk membuat sebuah rekaman vokal yang suaranya seperti teriakan yang menggema dari atas bukit. Mengutip BBC, ide itu kemudian ia utarakan kepada produser George Martin dan seorang teknisi berbakat berusia 20 tahun, Geoff Emerick.
“Ia ingin suaranya seperti Dalai Lama berteriak dari sebuah puncak bukit … Jadi, saya katakan, ‘Cukup mahal untuk pergi ke Tibet. Apakah kita dapat melakukannya di sini?'” kata Martin.
John Lennon Legendaris
Suara Lennon kemudian di saring melalui peranti Leslie, yang menimbulkan efek vibrato yang biasanya di asosiasikan dengan sebuah keyboard Hammond. Efek suara menggema itu bisa di dengarkan di lagu Tomorrow Never Knows.
George Harrison memasukkan unsur alat musik Timur ke dalam lagu dengan memainkan tambura dan sitar. Paul McCartney menggunakan loop tape yang di putar mundur dan memainkan berbagai variabel kecepatan, termasuk salah satu efek yang menghasilkan bunyi burung camar. Album Revolver memang sering di sebut sebagai album paling eksploratif The Beatles.
Salah satu teknik yang banyak di adopsi oleh banyak musisi adalah reverb atau delay yang menimbulkan efek gema pada suara vokal. Richard Goldstein salah seorang penulis musik di The Village Voice, menjelaskan dengan rinci bagaimana teknik-teknik yang di gunakan dalam banyak lagu The Beatles. Menurutnya salah satu teknik reverb paling terasa ada pada lagu Lucy in the Sky With Diamonds.
“Lagu itu tenggelam dalam gema (reverb), echo dan distorsi. Melodi terbaik The Beatles adalah sederhana jika progresi aslinya di perkuat dengan lirik tajam. Bahkan komposisi radikal mereka mampu mempertahankan rasa persatuannya dalam satu lagu,” tulis Goldstein.
Selain Lucy in the Sky With Diamonds, efek gema pada lagu The Beatles juga terasa pada lagu-lagu lain termasuk Paperback Writer, A Day in the Life, hingga Here Comes the Sun. The Beatles memang bukan satu-satunya band yang menggunakan efek gema seperti ini. Band psikedelik rock lain seperti Pink Floyd juga membenamkan efek reverb pada banyak lagunya.
Menembus ruang dan waktu
Inovatif, eksploratif, kreatif. Bisa di bilang unsur-unsur terpenting dalam proses penciptaan nomor-nomor The Beatles. Tak berlebihan menyebut mereka sebagai pionir musik rock-pop dunia. Tak heran banyak musisi di seluruh dunia dari lintas genre terinspirasi dari mereka.
“Kalau di Indonesia sendiri ada banyak banget musisi, mulai rock jazz pop, kayaknya terpengaruh sama The Beatles. Enggak ada yang enggak. Jarang banget yang enggak,” kata pengamat musik, Mudya Mustamin.
Beberapa band di Indonesia yang terinspirasi antara lain, Naif, Sheila On 7, Koes Ploes, dan The Cangcuters. Selain mereka yang terpengaruh, ada juga yang khusus membuat tribute untuk band britis itu. Misalnya G-Pluck, atau yang lebih senior yakni Barata.
“Menurut saya, The Beatles itu yang paling luas memengaruhi orang, enggak cuma di pop. Sampai ke band rock, jazz, blues, semuanya ngambil dari The Beatles. Untuk era itu luar biasa,” jelas Mudya.
Oleh karena itu, The Beatles menjadi salah satu band yang mampu menembus ruang dan waktu. Setengah abad lebih semenjak band terbentuk, namun penggemarnya seolah tak pernah habis.
“Saking inovatifnya, sampai sekarang pun masih nyambung, masih ada korelasinya. Cara orang bikin lagu pun masih melihat mereka,” katanya.