Sumbar, Suaranusantara.co – Pacu itiak atau balapan itik terbang merupakan salah satu permainan tradisional yang berasal dari daerah Payakumbuh dan Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Kabarnya, pacuan itik ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Saat lomba, itik-itik dengan spesifikasi tertentu dan sudah dilatih khusus diadu di lintasan. Tapi itik ini bukan berlari, melainkan terbang menuju finish. Yang melesat paling cepat tiba di garis finish adalah yang menjadi juaranya.
Tradisi ini bermula saat para petani di Aur Kuning, Payakumbuh, Kanagarian, dan Sicincin menghalau itik-itik yang mengganggu tanaman mereka.
Gerakan terbang melayang yang dilakukan itik-itik ke dataran yang lebih rendah itu menjadi hiburan tersendiri bagi para petani. Sehingga muncul ide untuk mengadakan lomba itik terbang. Sejak itu para petani mulai melatih itik-itik agar dapat terbang tinggi.
Mereka menyeleksi itik unggulan, lalu melatih kemampuan terbangnya. Itik yang pada mulanya tidak terbiasa terbang kemudian menjadi mampu terbang hingga sejauh 2 km.
Ketentuan itik pacuan yang baik adalah bulu yang bersih, terawat sayapnya, dan bobotnya ringan. Sehingga 2-3 bulan menjelang pertandingan, para pecinta permainan ini sudah mencari itik yang tepat untuk lomba.
Saat mengikuti lomba, para peserta melemparkan itik agar terbang menuju garis finish. Itik yang paling cepat mencapai garis finish menjadi pemenangnya.
Pelaksanaan Pacu Itiak
Pacu itiak ini melombakan 4 nomor pertandingan, yaitu nomor 800 meter, 1.000 meter, 1.200 meter, dan 1.600 meter atau pacuan boko (bebas).
Untuk pacu itiak pada nomor 800 meter dan 1.000 meter, para peserta melempar setiap itik ke udara. Setelah terbang lurus di atas ketinggian antara 10 sampai 20 meter, itik-itik itu harus mendarat di bawah garis finish. Dalam permainan ini, garis itu disebut garis mati.
Sedangkan pada perlombaan dengan nomor 1.200 meter dan 1.600 meter atau jalan panjang, tidak ada ketentuan garis mati. Itik boleh mendarat di atas ataupun di bawah garis yang sudah ditentukan. Bebas, sepanjang itik tersebut tetap terbang lurus.
Yang boleh mengikuti lomba bukan sembarangan itik tapi ada ketentuannya. Usia itik yang boleh ikut lomba adalah antara 4-6 bulan. Selain usis, ada beberapa kriteria lain, seperti warna pada paruh dan kakinya harus sama, leher yang pendek, sayap lurus yang mengarah ke atas, jumlah gigi yang ganjil, serta ujung kaki yang bersisik kecil.
Itik pacuan tentu harganya jauh di atas itik biasa. Seekor itik pacuan harganya bisa mencapai ratusan ribu, bahkan hingga jutaan rupiah. Seru, ya?