Penulis: Monica Sari, FH Universitas Al-Azhar Indonesia
Jakarta, Suaranusantara.co – Modus penipuan berkedok lowongan kerja (loker) bertebaran di antara banyak daftar perusahaan pencari karyawan di Jobseeker. Harap waspada dan berhati-hati jangan sampai tertipu atau terjebak. Ini pengalaman pribadi saya, yang hampir menjadi korban penipuan perusahaan yang tidak menyebutkan nama atau identitas PT-nya di platform loker Jobseekers.
Biasanya saya melakukan “background checking “ perusahaan terlebih dulu, dengan memperhatikan peringatan “Hati hati Penipuan, Lamaran ini tidak dikenakan biaya apapun!”. Tapi kali ini, saya tidak perhatikan ketika mengirim lamaran di perusahaan yang tidak mencantumkan identitasnya pada laman loker berikut:
Setelah klik ‘quick apply‘ saya mendapatkan respon tawaran kerja via email dari PT Aneka Box Karton Indonesia. Sebelum mengkorfimasikan kedatangan saya untuk wawancara, saya check ulasan di Google dan medsos yang mengatasnamakan PT tersebut.
Saya menemukan data dan info antara lain validitas perusahaan, namun nama jalannya berbeda. Ketika itu salah seorang staff perusahaan tersebut menelpon, dan saya sempat bertanya tentang alamat kantor yang memiliki banyak cabang. Ia menjelaskan bahwa interview saya nanti berlangsung di kantor pusat. Setelah mendapat penjelasan saya mengisi biodata lewat link GForm yang mereka kirim.
Loker “Tricky”
Perusahaan yang diduga ‘tricky‘ (curang) atau bermaksud melakukan ‘scam‘ (penipuan) ini merespon lamaran kerja saya secara formal, bahkan menggunakan psikotes secara online. Selanjutnya, 2 hari kemudian saya mendapat offering letter yang mereka kirim via email, dan komunikasi lanjut melalui WhatsApp. Mereka meminta saya untuk membawa 2 lembar materai, masing-masing senilai Rp10.000.
Saat ni saya sedang studi di Fakultas Hukum di salah satu universitas swasta di Jakarta dan info ini saya share untuk semua pencari kerja agar berhati-hati dan tetap waspada.
Ketika tiba untuk interview, saya lihat gedung kantor perusahaan ini bagus dan sama sekali tidak mencurigakan. Resepsionis memeriksa print out undangan via email yang saya bawa, dan memastikan apakah saya membawa materai. Saya klarifikasi bahwa saya tidak membawa materai karena belum memperoleh konfirmasi tertulis kalau saya diterima bekerja.
Padahal, karena saya kuliah di prodi hukum, tentunya saya paham tentang penggunaan materai yang berdampak hukum. Itu sebabnya saya sengaja tidak membawa materai. Selain itu, saya juga tidak mencantumkan ijazah SMK, tapi membawa photocopy transkip nilai perkuliahan dari kampus.
Resepsionis itu ‘memaksa’ saya untuk membeli 2 lembar materai dengan harga pas Rp20.000. Saya beralasan tidak membawa uang, dia terus memaksa saya untuk membeli 1 materai saja dulu, sedangkan sisanya saya beli lagi setelah saya selesai interview. Dengan setengah terpaksa, akhirnya saya hanya membeli 1 materai saja.
Interview Mencurigakan
Saya berada di ruang tunggu bersama pelamar lainnya yang jumlanya cukup banyak. Saya masuk ruang interview ketika mereka memanggil nama saya. Interviewer ketika itu agak terkejut ketika melihat transkrip nilai saya karena tertera logo kampus dan ada keterangan fakultas hukum. Seketika nada bicaranya pun berubah menjadi sangat lembut kepada saya.
“Kamu jurusan hukum ya? Semester berapa sekarang?” tanyanya, sebelum menjelaskan tentang job desc, penempatan, gaji,, jam kerja, dan lain-lain.
Saya hanya tersenyum dan mengiyakan saja semua penjelasannya. Menurut saya, semua informasi yang ia berikan masih make sense (masuk akal) sehingga sampai sini sama sekali tidak mencurigakan.
Tapi tak lama kemudian ia menyodorkan pakta integritas meminta saya untuk membaca, dan meminta materai yang tadi saya beli karena terpaksa. Mereka memberi ketentuan dan syarat agar saya membayar biaya-biaya untuk seragam, topi, ID card, sepatu, dan rompi, dengan nilai total nominal sekitar Rp 720.000.
Saya menolak membubuhkan tanda tangan di atas materai, dengan beralasan saya tidak punya uang sebanyak itu. Sementara saya sudah paham bahwa dari sisi hukum, sesuai peraturan Kementrian Ketenagakerjaan, pelamar tidak diperbolehkan membayar 1 rupiah pun untuk teknis atau apapun bentuknya ke perusahaan saat melamar, kecuali ada hal-hal terkait pemotongan gaji dengan prosentase sesuai perjanjian. Jadi bukan membayar seragam, dll seperti ini dari sejak awal.
Seperti sudah kehabisan kata-kata, interviewer itu mengatakan, “Ya sudah, kalau memang tidak bersedia tidak apa-apa. Berarti kita belum jodoh dan belum cocok untuk bekerjasama di perusahaan ini”. Kemudian ia mengembalikan berkas-berkas saya, kecuali materai dan photocopy KTP. Dugaan saya, ia akan menggunakannya untuk melengkapi laporannya.
Modus Penipuan
Banyak orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan keinginan pekerja untuk segera mendapatkan pekerjaan. Mereka membuat lowongan kerja palsu (fake, false job opportunity) yang meminta korbannya membayar sejumlah uang dengan alasan biaya administrasi atau biaya lainnya. Mereka yang membutuhkan pekerjaan malah menjadi salah satu modus operandi tindak kejahatan ini.
Jadi saya ‘tertipu” tapi hanya Rp 10.000, dan ini menjadi pelajaran berharga untuk saya. Lewat sharing ini saya berharap tidak ada lagi para pencari kerja di luar sana yang tertipu dan mengeluarkan uang hingga Rp 700 ribuan. Jangan mudah terpukau karena akan membuat kalian lengah. Apalagi staff marketing di perusahaan ini lihai sekali, dan kantornya bagus. Piagam sertifikat penghargaan juga terpajang. entah milik siapa, entah sah atau tidak.
Sayangnya, saya tidak sempat mengambil photo via HP karena tidak terlintas dalam pikiran saya. Suasana juga ramai dan banyak yang sibuk serta antri mengisi buku tamu. Sementara banyak juga pria-pria berbadan besar yang memakai seragam serba hitam di tempat itu.
Saya nyesel banget karena nggak photo-photo tadi, huft, tapi alamat perusahaan ada screenshot email. Sekali lagi saya hanya menghimbau agar rekan-rekan pencari kerja membaca tulisan saya ini sebagai referensi, dan tetap waspada dan hati-hati. Good luck!