Labuan Bajo, suaranusantara.co-Sejumlah warga dusun Compang, mengeluh karena abu kuari yang letaknya kurang lebih 300 meter dari pemukiman dan lahan warga mengganggu kesehatan dan kenyamanan warga setempat. Menurut warga kuari itu milik Baba Jimi, sudah beroperasi selama 4 tahun dan belum ada ijin dengan warga. letaknya tepat di Wae Lambos, dusun Compang, Desa Golo Mori, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat-NTT.
Berdasarkan data yang dikumpulkan media ini, didapatkan bahwa penempatan Kuari tersebut tidak berdasarkan kesepakatan antara masyarakat dengan pihak pemilik Perusahan kuari tersebut.
Dengan spontan mereka (warga setempat) mengungkapkan “Kami sebagai masyarakat setempat tidak mengizinkan bahwa kuari tersebut letaknya terlalu dekat dengan perkampungan. Alasannya, Berdirinya kuari tersebut tidak ada kesepakatan antara Pihak PT dengan Masyarakat, Izinanya tidak ada,” ungakap warga.
Selama Grezer itu beroperasi, Warga kampung Ra’ong selaku pemilik lahan perkebunan yang berada di sekitar lokasi Kuari mengeluh, semua sayur yang ia tamam penuh dengan abu, kotor dan tidak segar.
Salah satu warga pemilik lahan di sekitar Kuari, yang meminta namanya diinisialkan Z memberikan keterangan terkait tanaman sayur yang tertutup debu debu kuari, saat ditemui suaranusantara.co di kampung Ra’ong, Senin (7/10/2024)
“Saya dan beberapa masyarakat yg memiliki lahan disekitar kuari mengeluh krn tanam sayur kami terlihat tidak sehat dan segar, krn diakibatkan debu batu dari kuari tersebut,” keluh Z
Pihaknya Z juga menambahkan sekitar 30 an orang pemilik lahan sayur tidak mengizinkan kuari tersebut ditempatkan di sekitar area perkebunan sayur. Mereka cemas bila sayur yang terkena abu itu dikonsumsi dapat merugikan kesehatan.
“Sekitar 30 an orang pemilik lahan sayur di sekitar lokasi grezer yang mengeluh bahkan khawatir akan adanya dampak besar bagi kesehatan masyarakat yang akan terjadi kedepannya. Selain itu, sayur yang kami tanam ini tidak hanya untuk kebutuhan Rumah tangga tetapi untuk dijual. Kami takut sayur yang terkena abu itu tidak ada yang beli karena teksturnya yang tidak bagus dan mengancam kesehatan bagi konsumen,” terang Z.
Setelah warga setempat menyebutkan bahwa kuari tersebut adalah milik Baba Jimi, maka wartawan media ini mencoba menghubungi Baba Jimi baik lewat telepon maupun pesan WhatsApp pada, Senin (7/10/2024) pkl. 13.50.
Hingga berita ini diterbitkan pihaknya belum menanggapi konfirmasi wartawan media ini. Padahal pesan WhatsApp yang dikirimkan tersebut sudah tercentang dua dan dari laporan pengiriman, pesan tersebut sudah berwarna biru dan sudah terbaca.