Jakarta, Suaranusantara.co – Memperingati Hari Perempuan Sedunia, rumah produksi Langit Terang Sinema mempersembahkan film Mama Martha (Wanita di Ladang Gula). Film Mama Martha (Wanita di Ladang Gula) ini berkisah tentang perjuangan seorang ibu yang anaknya menjadi korban kekerasan seksual.
Sutradara yang juga penulis kisah Mama Martha (Wanita di Ladang Gula) Jeremias Nyangoen, mengatakan film ini dipersembahkan untuk hari perempuan sedunia dan juga untuk para mama-mama. “Ini penghormatan dari kami laki-laki kepada kaum perempuan,” ungkap Jeremias.
Dipilihnya Rote sebagai lokasi pembuatan film, Jeremias menyebut hal tersebut karena di Rote banyak terjadi pembunuhan dan pelecehan seksual terhadap wanita yang tidak terungkap dan yang tidak ingin diungkap. Meski begitu, film ini dibuat bukan hanya untuk perempuan Rote namun juga seluruh Indonesia dan juga dunia.
“Film ini dibuat bukan hanyak untuk Rote tapi untuk Indonesia dan dunia. Untuk Myanmar, India, Afrika, Eropa dan Amerika, dimana kita tahu angka kekerasan seksual sangat besar dan dilakukan orang-orang terdekat. Hal ini yang menjadi latar belakang saya,” jelas Jeremias.
Selain terinspirasi dari kekerasan seksual dan kekerasan fisik terhadap perempuan di seluruh dunia, film Mama Martha juga berdasarkan kisah para wanita yang menjadi korban human traficking. Terkait durasi film, Jeremias menyebut, akan ada beberapa macam durasi tergantung tempat pemutaran film tersebut.
“Kalau versi originalnya bisa sampai dua setengah jam, tapi untuk yang diputarkan di festival film mungkin akan kita pakai dua jam, sedangkan yang akan tayang di bioskop Indonesia mungkin kurang dari dua jam,” ungkap Jeremias.
Produser Film Mama Martha, Rizka Shakira, mengatakan, film ini merupakan film pertama rumah produksi Langit Terang Sinema. “Harapannya kita bisa menghasilkan sebuah karya yang terbaik,” katanya. Dirinya mengatakan film ini memberikan perspektif baru bagi penonton tentang bagaimana kasus pelecehan seksual dipandang dari sisi orang-orang terdekat korban.
“Yang menarik karena film ini diangkat dari kisah nyata. Film ini memperlihatkan sudut pandang yang berbeda, dimana sosok dibalik korban pemerkosaan yaitu ibunya,” kata Shakira.
Rizka juga mengatakan, film ini juga merupakan sarana edukasi bagi masyarakat terutama kaum perempuan untuk tidak ragu melapor atas kekerasan yang mereka dapatkan.
Film ini mengambil latar Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur khususnya di kawasan wisata Batu Termanu dan diperankan aktor dan aktris asli NTT. Film ini menceritakan kisah Orpa, seorang ibu yang harus menghadapi kenyataan pahit jika anak pertamanya yang bernama Martha menjadi korban pemerkosaan hingga depresi berat.
Tak sampai disitu, anak keduanya yang bernama Bertha juga menjadi korban kekerasan seksual dan pembunuhan. Melawan segala tekanan dari keluarga, lingkungan hingga pihak gereja, Orpa tak kenal lelah berjuang mencari keadilan untuk kedua anaknya. Film Mama Martha (Wanita di Ladang Gula) akan tayang di festival film di Perancis, Berlin, Busan dan beberapa negara mulai dari Maret 2023 mendatang sebelum akhirnya ditayangkan di Indonesia.
Melalui film ini Langit Terang Sinema ingin mewujudkan citra pulau Rote sebagai destinasi wisata baru dengan memperkenalkan keindahan alam Pulau Rote sebagai refrensi pembuatan film. ♦gor