Jakarta, Suaranusantara.co – Penulis cerita sekaligus sutradara Film Mama Martha (Wanita di Ladang Gula), Jeremias Nyangoen, memuji kemapuan para aktor dan aktris lokal asli NTT yang berperan dalam film yang ia kerjakan di Pulau Rote itu.
Jeremias mengaku sangat senang dengan hasil peran dari pemain lokal NTT dalam film Mama Martha (Wanita di Ladang Gula). “Kalau orang tidak tahu mungkin berpikir mereka sudah berulang kali main film, saya bangga dengan aktor-aktor saya di film ini,” tambahnya.
Berikut aktor dan aktris lokal NTT yang terlibat dalam film Mama Martha (Wanita di Ladang Gula) diantaranya, Merlinda Dessy Adoe, Irma Novita Rihi, Keziallum Ratu Ke, Van Jhoov (VJ) , Yulius Oktavianus Bani, Leonard Leo Leba, Wolfgang Sililaga, Chelsi Tasi, Putri Diana Soares Moruk, Norman Akyuwen, Maria Dona Ines, Orpa Naomi Padaleti, Ratni Laulela dan Ronald Maka Ndolu.
Jeremias yang juga seorang aktor itu mengatakan, ia bangga menggunakan aktor-aktor lokal NTT dalam film Mama Martha. Menurutnya apa yang dilakukan oleh para pemeran film Mama Martha belum tentu bisa dilakukan artis-artis besar yang sudah ia kenal.
“Mereka belum diberi ruang saja. Apa yang dilakukan mereka belum tentu artis-artis besar sanggup untuk melakukan. Saya tidak perlu ungkapkan disini, pada saatnya nanti mereka pantas mendapat pujian,” ungkap pemeran Sumanto dalam film Kanibal – Sumanto (2004) itu.
Meski begitu, penulis dan produser film Virgin (2004) itu mengaku tetap menghadapi kesulitan dengan menggunakan aktor dan aktris lokal NTT, namun menurutnya itu adalah bagian dari proses berteater. “Kami percaya tidak akan ada hasil jika tidak melalui proses yang baik,” katanya.
Sebagai informasi, Jeremias Nyangoen telah terlibat dalam sejumlah film yang memiliki setingan Indonesia Timur seperti Atambua 39 derajat celcius (2012), Di Timur Matahari (2012), Denias, Senandung Di Atas Awan (2006), Rumah Merah Putih (2019), dan juga banyak film lainnya.
Pria asal Kalimantan itu mengatakan, dari pengalamannya yang telah bekerja bersama banyak Production House (PH) dan ikut mengcasting para pemain film, dirinya akhirnya memiliki cara untuk menangani para aktor dan aktris lokal yang belum memiliki basik akting.
“Setelah saya menulis (Film Mama Martha) berbulan-bulan di lapangan dan dari pengalaman saya bergabung dengan beberapa PH dalam pembuatan sejumlah film di Atambua dan Papua, saya merasa punya cara untuk menangani aktor-aktor yang belum memiliki basic,” Jeremias.
Menurutnya, tidak sedikit aktor yang memainkan suatu peran dengan berlebihan. “Perankan seting Jawa di Jawa-jawain, memainkan perang Batak, dibatak-batakin, hal itu karena para aktor tidak berikan waktu yang banyak untuk mengenal peran,” tambahnya.
Namun dengan menggunakan artis atau pemain film lokal, Jeremias mengaku tidak perlu memikirkan permasalahan dialek.
“Beberapa film Indonesia permasalahannya itu, kalah didialek. Kemudian soulnya atau penjiwaannya. Kalau pakai artis terkenal pasti saya punya nama tapi hasilnya tidak enak didengar (dialeknya),” ujar .
Sinopsis (halaman berikutnya..)