Penulis: Dr. Fokky Fuad Wasitaatmadja, Universitas Al Azhar Indonesia
Jakarta, Suaranusantara.co – Pancasila merupakan hasil renungan dan refleksi kritis atas nilai-nilai falsafah kehidupan masyarakat nusantara, yang selanjutnya disebut bangsa Indonesia. Sukarno memandang Pancasila sebagai kekhasan bangsa Indonesia yang heterogen, dan merupakan kristalisasi dari kearifan leluhur yang berisi cita-cita dan harapan bangsa Indonesia.
Event bertajuk “Reflecting on Pancasila Values in Modern Era to Actualize the Golden Age of Indonesia in 2045” ini diselenggarakan oleh Global Peace Foundation Indonesia pada Selasa, (17/1) di Perpustakaan Nasional RI. Kegiatan diskusi internasional ini membahas mengenai sumbangsih Pancasila bagi perdamaian dunia.
Dr. Fennieka Kristianto dan Dr. Heriyono Tardjono, selaku perwakilan dari Global Peace Foundation membuka acara yang menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi dan NGO, antara lain Dr. Prosper Maguchu (Vrije University Amsterdam), Dr. Fokky Fuad Wasitaatmadja (Universitas Al-Azhar Indonesia), Ingil Ra (Global Peace Foundation Kawasan Asia Pasifik) dan Inayah Wahid (Jaringan Gusdurian). Hadir pula Konstantin Kroshkin, pemuda asal Rusia sebagai moderator.
Agenda diskusi ini adalah menggali nilai-nilai Pancasila guna perdamaian dan merekonstruksi dunia yang telah mengalami konflik peperangan serta problem kemanusiaan lainnya. Dalam uraiannya, Ingil Ra dari Global Peace Foundation mengungkapkan keinginan Korea Selatan untuk bersatu dengan Korea Utara agar menjadi satu bangsa Korea yang utuh. Menurutnya, falsafah Pancasila sangat sesuai dengan gagasan ini, bahkan bisa menjadi role model dalam upaya pencapaian perdamaian kedua Negara Korea.
Diskusi Falsafah Pancasila
Fokky Fuad dari Universitas Al-Azhar menyampaikan, bahwa Pancasila merupakan way of life bangsa Indonesia. Menurut penilaiannya, Pancasila bukan hanya sebagai ideologi politik, tetapi mengandung hakikat yang bertujuan untuk membentuk manusia yang bertuhan. Dengan demikian Pancasila menguatkan prinsip hidup manusia Indonesia dalam memperlakukan sesamanya dengan penuh keadaban.
Prosper Maguchu selaku narasumber lainnya, memandang bahwa filosofi yang terkandung dalam Pancasila dapat dikembangkan bagi terciptanya perdamaian dunia. Menurut pandangannya Pancasila menjunjung penghormatan terhadap hak asasi manusia. Ide memanusiakan manusia secara penuh keadaban, menjadi bentuk kearifan manusia Indonesia yang dapat menjadi contoh bagi kehidupan dunia agar lebih baik.
Narasumber berikutnya, Inayah Wahid menjelaskan bahwa, Pancasila perlu terus dikembangkan dalam berbagai perspektif. Inayah menghendaki agar kaum muda menjadikan Pancasila sesuai perspektif masing-masing. Karena menurut penilaiannya, pemuda milenial memiliki pola dan cara pandang yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Setelah Inayah selesai menyampaikan narasainya, moderator mengakhiri acara yang diikuti dengan serangkaian acara penutupan. Acara ini sedianya akan dilakukan secara berkala oleh Global Peace Foundation dan dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai perguruan tinggi se-Indonesia.(Red/CBN)