Mulai Jumat, 5 Maret 2021, Partai Demokrat (PD) terbelah menjadi dua kubu. Kubu pertama dipimpin Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang terpilih dalam kongres PD tahun 2020 lalu.
Kubu kedua dipimpin Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko. Mantan Panglima TNI ini dipilih sebagai Ketua Umum PD dalam Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang, Sumatera Utara pada Jumat lalu.
Ada apa dengan PD? Mengapa pecah? Apakah perpecahan partai berlambang Mercy itu hanya akibat ketidakpuasan para pendiri terhadap keluarga mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Berbagai sumber menyebutkan perpecahan ini terkait dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Bukan karena Moeldoko ingin menjadi Calon Presiden (Capres). Lebih dari itu menyangkut pertarungan para elit menyambut Pilpres 2024.
Pilpres memang masih jauh tetapi kasak-kusuk sudah mulai dari sekarang. Gerilya dan manuver elit sudah mulai terlihat sejak sekarang.
Peta yang sudah terbaca saat ini mengindikasikan sudah ada satu poros yang siap hadir pada Pilpres 2024. Poros itu merupakan gabungan dari PD, PKS dan PAN.
Tiga partai ini sudah memenuhi syarat minimal 20 persen kursi di DPR untuk mengajukan calon presiden (Capres) pada Pilpres 2024. Partai Nasdem juga disebut-sebut siap gabung dalam poros ini.
Tokoh-tokoh yang berada di belakang poros ini adalah SBY, Jusuf Kalla (JK) dan Surya Paloh (SP). Spekulasi yang beredar menyebutkan jago yang akan diusung pada Pilpres nanti adalah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan AHY. Nama lain ada mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
Beberapa sumber menyebut poros ini sudah mulai melakukan konsolidasi. Mereka berada pada satu kepentingan yaitu oposisi terhadap pemerintahan sekarang.
SP dengan partainya Nasdem memang masih menjadi bagian dari koalisi pemerintah sekarang. Namun berbagai sumber menyebut SP kurang puas dengan jatah menteri yang diberikan kepada Nasdem saat ini.
Jika poros ini benar-benar terbentuk, memang tidak ada yang bisa melawan pada Pilpres nanti. Mereka punya massa, financial dan jaringan kuat.
Lalu siapa lawannya? Ya, tentu yang tidak ingin poros ini solid. Informasi yang beredar menyebutkan ada banyak kepentingan yang ingin poros SBY, JK, SP tidak terbentuk. Mereka belajar dari pengalaman Pilpres 2024 dimana, SBY, JK dan SP bersatu.
Kemudian ada kelompok yang memang sakit hati terhadap SBY karena pernah dizalimi saat SBY berkuasa. Mereka memanfaatkan rasa tidak puas pada pendiri PD untuk menggoyang AHY.
Kekuatiran hadirnya poros itu disebut sebagai satu alasan melakukan pembelahan PD. Pembelahan harus lebih awal agar konsolidasi tidak berjalan baik.