Ruteng,Suaranusantara.co – Aksi Demonstrasi menolak proyek Geotermal di Manggarai diwarnai tindakan tak terpuji oleh sekelompok orang tak dikenal.
Demonstrasi yang dilakukan Aliansi Pemuda Poco Leok ini mendesak Bupati Manggarai mencabut SK penetapan lokasi geotermal di Pocoleok, pada Senin (3/3/2025).
Aksi yang dilakukan dengan long march ini dimulai dari kompleks Gereja Katedral menuju Kantor DPRD Manggarai dan berakhir di Kantor Bupati.
Aksi yang sebelumnya berjalan dengan aman dan lancar mulai tidak kondusif.
Setibanya didepan Kantor Bupati Manggarai, aksi damai ini diwarnai tindakan tak terpuji oleh sekelompok orang tak dikenal.
Dipantau oleh media ini, sekelompok orang tak dikenal tersebut menggunakan mobil dump truck berwarna merah dengan nomor polisi EB 9940 EB, membunyikan musik dengan pengeras suara di sekitaran lokasi aksi.
Mobil tersebut juga dipantau memarkirkan kendaraannya di samping kantor bupati Manggarai, dan didepan rumah jabatan Bupati Manggarai, berdekatan dengan lokasi aksi.
Tidak hanya sekali, mobil tersebut juga dipantau mengelilingi lokasi aksi hingga beberapa kali.
Dentuman musik yang dihasilkan oleh pengeras suara mobil tersebut mengganggu jalannya aksi.
Beberapa anggota aliansi sempat meminta kelompok orang tak dikenal tersebut untuk mengecilkan volume suara, namun permintaan tersebut tidak dihiraukan.
Anggota kepolisian dan Pol PP yang mengkawal jalannya aksi bahkan terkesan membiarkan aksi tidak terpuji tersebut dilakukan.
Meski mengalami gangguan, pelaksanaan aksi damai ini tetap berjalan aman hingga akhir.
Untuk diketahui, warga yang tergabung dalam Aliansi Pemuda Poco Leok melaksanakan aksi demonstrasi didepan kantor bupati Manggarai pada Senin (3/3/2025).
Masa Aksi mendesak Pemerintah Kabupaten Manggarai membatalkan Surat Keputusan (SK) Bupati terkait penetapan lokasi wilayah panas bumi di Poco Leok.
Dalam seruannya, kelompok aliansi ini menyebut Bupati Manggarai, Herybertus G. L. Nabit telah mengabaikan hak masyarakat adat dalam mengeluarkan SK penetapan lokasi wilayah panas bumi di Poco Leok.
Koordinator aksi, Kristianus Jaret dalam orasinya, menyebut Pemerintah Manggarai telah secara sepihak mengeluarkan keputusan tanpa sosialisasi, koordinasi, dan meminta kesepakatan dan persetujuan dengan seluruh masyarakat adat.
“Tidak pernah sedetikpun kami menyatakan mendukung proyek ambisius dari pemerintah ini”, ucapnya.
Tino, sapaan Kristianus juga menyebut proyek Geotermal ini telah mengancam keberlangsungan hidup, tidak hanya manusia tetapi juga seluruh entitas kehidupan alam dan lingkungan hidup.
“Kehadiran kami di sini karena kami sudah sengsara. Kehidupan kami terancam. Kami merasa seperti dijajah oleh Pemerintah”, tegas Tino.
Sementara itu, Bupati Manggarai Hery Nabit tak bergeming dan tetap pada pendiriannya untuk melanjutkan proyek pembangunan Geotermal di Poco Leok.
Nabit mengaku, kebutuhan listrik merupakan hal yang penting dan mendesak untuk dipenuhi. Hal itu ia sampaikan saat beraudiensi dengan perwakilan masa aksi di Aula Nuca Lale, kantor Bupati Manggarai.
Dalam audiensi tersebut, Nabit juga menjelaskan soal ratio elektrifikasi. Tugas pemerintah menurutnya, adalah menyediakan dan memenuhi kebutuhan listrik pada tahun 2030 atau 2035.
Ia berdalih, akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan listrik masyarakat seluruhnya. Karena itu, proyek Geotermal ini dianggap strategis untuk memenuhi kebutuhan listrik dimasa yang akan datang.
“Kita tahu penyediaan listrik ini bukan soal yang bisa dibangun dalam satu malam atau satu bulan. Kalau mau menyediakan listrik untuk sekian banyak orang, itu prosesnya bertahun-tahun lagi”, terangnya.
Penulis: Patris Agat