
Dari ritual ke entertainment
Legong awalnya bersifat sakral karena hanya tampil di halaman pura dan puri (istana) saja pada hari-hari tertentu. Namun Raja akhirnya mengizinkan tarian ini keluar dari tembok istana agar kesenian ini tidak hilang begitu saja.
Tarian ini kemudian di bawa keluar dari keraton dan pentas di desa-desa, terutama pada upacara di pura, serta pada festival seni di Bali. Pergeseran ini juga karena banyak penari yang akhirnya menikah dan meninggalkan istana.
Di luar keraton, para penari mengajarkan tarian ini kepada gadis-gadis di desa. Tari Legong berkembang pesat, dan dari waktu ke waktu mengalami perubahan bentuk dan struktur penyajian. Banyak desa di Bali yang mengembangkan tarian ini dengan berbagai gaya khas masing-masing.
Tarian ini pun kemudian mulai berubah fungsi menjadi seni hiburan rakyat yang pentas di luar puri, yaitu halaman atau lapangan terbuka.
Menyaksikan Tari Legong yang klasik, eksotis, dan mengagumkan tentu saja merupakan keindahan tersendiri. Kostum berwarna cerah dengan lukisan daun-daun dan aksesori yang indah menambah kesan megah sehingga membuat tarian memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan.