Jateng, Suaranusantara.co – Spedagi adalah sepeda bambu karya putra bangsa asal Kandangan Jawa Tengah. Mulanya Singgih Susilo Kartono tak menyangka keinginannya untuk memanfaatkan bambu, sumber daya alam yang melimpah di desanya, sehingga memiliki nilai tinggi dapat terwujud.
Pria warga Desa Kandangan, Temanggung, Jawa Tengah, ini merupakan penggagas Spedagi, sepeda unik berangka bambu yang mengusung kearifan lokal.
Berawal pada 2013 silam, ide membuat sepeda berkerangka bambu berawal ketika Singgih menemukan foto sepeda bambu di internet yang di buat oleh orang Amerika, Craig Calfee.
“Saya merasa tertampar karena sebagai seorang sarjana desain dan melihat di sekitar rumah banyak tumbuh bambu justru tidak melakukan apa-apa atas sumber daya yang melimpah itu,” tutur Singgih, sebagaimana di kutip dari laman infopublik.id yang diunggah pada Minggu, 9 Mei 2021.
Di desanya, pohon bambu memang melimpah. Para pemilik bambu biasanya menjual dengan sangat murah, yakni seharga Rp50 ribu perbatang.
Bahan Material Bambu
Bambu sejak lama di gunakan sebagai bahan pembuatan rumah di desanya. Meski umur pakai bisa berbilang tahun lewat perlakuan yang tepat, namun kini bambu mulai di tinggalkan.
Singgih kemudian mencoba membuat sepeda berkerangka bambu. Awalnya ia menggunakan bambu utuh. Diameter yang di pilih kecil namun kuat, mirip seperti gagang sapu.
Sepeda generasi pertama itu terlihat besar, kasar, dan cukup sulit menyatukan karena diameter bambu tidak selalu sama.
Tak putus asa, dia menjajal lagi. Kali ini ia beralih menggunakan bilah bambu petung yang terkenal kuat, besar, dan mudah di dapat. Rangka bambu itu di sambung dengan logam dan resin.
Dari sebatang bambu petung usia dewasa, Singgih mampu membuat lima hingga tujuh kerangka sepeda. Sebuah lompatan nilai tambah dari bambu yang sering di anggap bahan alam biasa.
“Bambu itu material masa depan,” kata alumnus Program Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Berkat ide kreatif Singgih, bambu yang semula di hargai murah kemudian naik derajat. Saat itu, setelah menjadi rakitan sepeda, harganya minimal Rp3,5 juta hingga Rp60 juta.
Untuk mengerjakan pembuatan Spedagi, ia menggunakan tenaga lokal di desanya. Karena Spedagi dibuat dengan manual dan bukan produksi massal, di perlukan enam hari kerja untuk satu sepeda bambu.
Spedagi memiliki beberapa varian. Ada Spedagi Dwiguna (dual track) yang di rancang untuk bersepeda di jalan pedesaan maupun kota.
Spedagi Dalanrata (road bike) khusus untuk jalan yang mulus. Spedagi Gowesmulyo (joy bike) untuk perkotaan dengan jarak pendek, dan Spedagi Rodacilik (minivelo) yang menggunakan ban berdiameter kecil yang juga cocok untuk jalan perkotaan.
Arti Merk Sepeda Bambu
Merek Spedagi merupakan akronim atau singkatan dari sepeda pagi. Penamaan itu tak lepas dari kebiasaan yang di lakukan Singgih saat di desa yaitu bersepeda pagi menyusuri jalanan desa dengan bersepeda.
Ia memaparkan, sepeda bambu terasa nyaman di kendarai karena bambu sesungguhnya merupakan material penyerap getaran terbaik di banding material besi, aluminium, bahkan serat karbon. Kelemahan sekaligus keunggulan bambu adalah sifatnya yang lentur.
Keistimewaan lain sepeda bambu Spedagi rancangan Singgih adalah ide pemanfaatan kearifan lokal atas bambu itu sendiri.
Pengakuan atas kualitas dan desain produk Spedagi buatan Indonesia ini beberapa kali datang dari ajang di luar negeri. Sejauh ini, karya Singgih sudah menembus pasar internasional.
Pada 2017, Spedagi memperoleh Bronze Award dalam DFA (Design for Asia) Awards yang di selenggarakan di Hong Kong. Kemudian di 2018, Spedagi memenangi Gold Award Good Design Jepang 2018, di mana Spedagi terpilih dari hampir 4,5 ribu entri dari seluruh dunia.
Sepeda bambu Singgih sudah menjalani serangkaian uji coba. Spedagi telah di periksa Japan Vehicle Inspection Association (JVIA) dan uji kendara di Indonesia melewati Jakarta-Madiun sejauh 750 km tanpa kerusakan. Bahkan, dalam setiap produknya, Singgih memberikan garansi selama dua tahun.
Penghargaan dan lolos uji di Jepang membuktikan, kualitas Spedagi di akui di negara yang di kenal memiliki standar tinggi untuk produk ini.
Singgih berharap, apa yang di lakukannya dapat menjadi inspirasi banyak orang untuk menggali potensi yang ada di wilayahnya masing-masing. (Rustandi)