Jakarta, Suaranusantara.co – Sebanyak 74 persen masyarakat Indonesia menginginkan masa jabatan presiden cukup 10 tahun atau dua periode. Hanya 13 persen yang ingin masa jabatan presiden diubah dan 13 lainnya tidak menyatakan sikap.
Hal itu tercermin dari hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang di rilis di Jakarta, Minggu, 20 Juni 2021.
Peneliti sekaligus Direktur Komunikasi Survei nasional Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Ade Armando mengemukakan hasil survei menunjukkan narasi. Yang di usung kelompok-kelompok tertentu agar Presiden Jokowi bisa kembali bertarung dalam Pilpres 2024 di tolak oleh mayoritas masyarakat Indonesia.
“Walaupun dukungan terhadap Jokowi tinggi, namun hampir 75 persen warga menyatakan tidak perlu ada perubahan dalam pembatasan masa jabatan presiden. Atau dua periode. Ini menunjukkan adanya komitmen yang tinggi dari rakyat Indonesia mengenai perlunya pembatasan kekuasaan bagi seorang presiden,” ujar Ade.
Mayoritas Tidak Setuju
Dia menyebut hasil survei juga menunjukkan mayoritas warga Indonesia tidak setuju Jokowi maju kembali dalam Pilpres 2024. Hal itu terlihat dari respon masyarakat yang 52,9 persen menyatakan tidak setuju Jokowi kembali maju sebagai Capres. Hanya 40,2 persen yang dukung Jokowi maju kembali sebagai Capres.
“Memang dukungan terhadap gagasan untuk mencalonkan Jokowi kembali sebagai presiden nampak cukup tinggi, yakni sekitar 40 persen. Namun tetap persentase itu lebih rendah secara signifikan dibandingkan mereka yang menganggap Jokowi cukup menjabat dua kali yang mencapai 53 persen,” jelas Ade.
Hasil survei juga menyebut 74 persen warga menyatakan tidak perlu ada perubahan dalam pembatasan masa jabatan presiden. Hal itu berarti ada cukup banyak warga yang menyatakan mendukung pencalonan kembali Jokowi sebenarnya menganggap pencalonan kembali tersebut tidak sejalan dengan ketentuan UUD.
“Mayoritas warga percaya bahwa UUD 1945 tidak perlu di ubah untuk alasan apapun,” tegas Ade.
Survei SMRC di lakukan tanggal 21-28 Mei 2021 dengan metode wawancara tatap muka. Wawancara melibatkan 1.072 responden yang di pilih melalui metode penarikan sampel random bertingkat (multistage random sampling). dengan tingkat kesalahan (margin of error) penelitian kurang lebih 3,05 persen.