Labuan Bajo, suaranusantara.co — Krisis sampah di kawasan Taman Nasional Komodo kembali mencuat. PT Palma Hijau Cemerlang (PHC), perusahaan yang tengah menjalankan program konservasi di Pulau Padar, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat, mengungkapkan keprihatinan atas kondisi satwa liar yang terdampak langsung oleh pencemaran lingkungan.
Direktur Utama PHC, Dian Sagita (40), menceritakan pengalaman memilukan saat timnya membersihkan sampah di Pulau Padar. Mereka menemukan dua ekor rusa dalam kondisi mengenaskan.
“Kami melihat satu rusa kakinya terjepit jeriken, dan yang satunya lagi makan bungkus Nutrisari. Kami benar-benar prihatin melihat itu,” ujar Dian kepada suaranusantara.co pada Minggu (6/4/2025) sore, di Warung Mama, Gang Pengadilan, Labuan Bajo.
PHC, dengan branding Padar Heritage Conservation, telah hadir di Labuan Bajo sejak 26 Oktober 2024 dan melibatkan 18 personel dalam kegiatannya. Sejak November 2024, mereka telah mengumpulkan 540 karung sampah dari Pulau Padar utara. Sampah itu sementara ditampung untuk mengukur volume sampah selama enam bulan terakhir.
“Kami tidak bisa pastikan apakah itu murni akibat ketidaktertiban pengunjung, tapi Pulau Padar tidak berpenghuni. Bisa jadi sampah-sampah itu hanyut terbawa arus laut. Yang jelas, jika rusa sebagai mangsa utama komodo memakan sampah, maka rantai makanan terganggu. Komodo bisa terancam punah jika hal ini dibiarkan,” ungkap Dian dengan nada tegas.
PHC kini tengah menjajaki konsolidasi dengan Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) terkait penanganan akhir sampah.
“Sampah ini sudah terkumpul ratusan karung, tapi kami masih bingung akan dibawa ke mana. Padahal kami sudah punya Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan BTNK. Kami berharap segera ada solusi,” tutupnya.