Labuan Bajo, suaranusantara.co – Sejumlah kaum Milenial Manggarai Barat menyoroti pendapat Marten Mitar, salah satu narasumber dalam acara yang diselenggarakan Banera TV dengan Tema “Mengembalikan Politik Programatik Pada Pilkada Manggarai Barat 2024”, pada 15 Juni 2024.
Pernyataan yang disorot netizen tersebut adalah tentang slogan ‘uang berpindah dari laut ke darat’ yang digaungkan oleh pasangan Edi-Weng.
Seorang pemuda asal lembor berinisial AG, yang menghadiri talkshow melalui live streaming tersebut memberikan tanggapan terhadap pendapat Marten Mitar terkait slogan ‘uang berpindah dari laut ke darat’.
“Saya selama ini mengira uang berpindah dari laut ke darat diartikan sebagai pengelolaan laut oleh warga di kepulauan melalui pendampingan ekonomi kreatif masyarakat pulau agar laju pertumbuhan ekonomi masyarakat di pulau meningkat drastis. Ternyata, hanya tentang si penjual ikan berkunjung ke berbagai kampung dan dengan mudah mnenjual ikan ke berbagai kampung. Semisal bisa ke Pacar, Werang, dam kecamatan lainnya,” ujar AG kepada suaranusantara.co, Minggu (16/6/2024).
Bagi AG, makna slogan itu jauh dari harapan masyarakat.
“Bagi saya penjelasan slogan uang berpindah dari laut ke darat menyulam multitafsir. Adapun keluhan masyarakat boleng terbukti melalui sebuah rekaman video saat Mario mengunjungi Boleng bulan Mei, mereka memberikan pengharapan kepada Mario mengenai kondisi ekonomi mereka dan menyentil soal uang berpindah dari laut ke darat,” lanjutnya.
AG mengharapkan pemimpin yang kaya literasi sehingga tidak asal membuat program yang tidak punya makna apa-apa.
“Bagi saya rumit bila literasi Kepemimpinan masih minim. Pemilihan kosakata sangat diperlukan. Bangsa yang membaca adalah bangsa yang hebat. Bicara ekonomi seharusnya gunakan diksi ekonomi bukan asal gampang. Resikonya penjelasannya juga gampang, segampang penjual ikan pergi ke berbagai kampung. Dunia Literasi sangat diperlukan di masa kini agar kita cerdas di mata dunia. Tidak sekedar kerja infrastruktur jalan raya. Jalan itu bertahan sampai kapan? Ada masanya,” beber AG
Sementara peserta talkshow yang lain, HJ memberikan kritik terhadap ide yang dimunculkan dalam acara tersebut.
“Saya mencoba mengkaji terkait jalannya talkshow tadi malam belum memiliki nilai tambah atau tema yg diangkat oleh BANERA TV untuk membedah beberapa isu berkenaan dengan tema tersebut,” katanya.
Dia menyatakan, seharusnya BANERA TV memiliki data yg akurat untuk memancing para narasumber, untuk menghidupkan diskusi.
Sebagai penonton, HJ tertarik dengan acara yang diinisiasi oleh Banera TV itu.
“Di sisi yang lain saya melihat monotonnya talkshow itu karena moderator tidak mempunyai data akurat untuk membedah topik yang disajikan,” ungkap HJ.
Meski demikian, HJ memberikan apresiasi kepada salah satu narasumber yang membicarakan isu pertanian.
“Saya mendapat kredit poin dari Pak Ino Peni selaku Narasumber dengan menjabarkan isu pasar dagang dari pertanian yang nilai income-nya untuk PAD Mabar lebih tinggi dari pariwisata. Selain itu, Ibu Getrudis selaku pelaku pariwisata yg dihadirkan oleh BANERA TV menjelaskan kelalaian pemerintah kabupaten tidak mampu untuk melindungi para pelaku pariwisata dari sudut pandang regulasi,” tutupnya.