Suaranusantara.co – Perang Ukraina vs Rusia yang sedang berlangsung berdampak langsung terhadap politik dunia, ekonomi, dan sistem pasar global. Rusia telah melakukan invasi militer penuh ke wilayah Ukraina. Vladimir Putin, Presiden Rusia, menandatangani dekrit pada 21 Februari yang mengakui dua wilayah di Ukraina, yaitu Donetsk dan Luhansk sebagai entitas independen yang dimiliki.
Presiden Putin memerintahkan pasukan Rusia untuk menjaga perdamaian di dua wilayah yang memisahkan diri.
Pengumuman itu muncul setelah Barat berulang kali memperingatkan Rusia untuk tidak mengakui dua wilayah separatis di Ukraina Timur karena akan merusak upaya perdamaian di wilayah tersebut.
Sementara itu, Australia telah meminta Rusia untuk mundur, China meminta semua pihak untuk menahan diri, Jepang mengkritik Rusia, dan Inggris diperkirakan akan mengumumkan sanksi terhadap Rusia.
Pemicu
Ukraina menjadi negara merdeka dengan jatuhnya Uni Soviet pada 1991. Itu adalah bagian awal dari kekaisaran Rusia dan kemudian menjadi Republik Soviet, serta menyingkirkan warisan kekaisaran Rusia, sehingga membentuk hubungan dekat dengan Barat. Sejak kemerdekaannya, negara ini memerangi korupsi dan perpecahan internal. Negara sisi barat menginginkan integrasi dengan Barat, sedangkan wilayah timur dengan Rusia.
Konflik dimulai ketika Victor Yanukovych, Presiden Ukraina, menolak perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa demi hubungan yang lebih dekat dengan Moskow. Para pengunjuk rasa menggulingkannya dalam ‘Revolusi Martabat (Revolution of Dignity).’ Sebagai imbalannya, Rusia mencaplok Semenanjung Krimea Ukraina dan mendukung pemberontakan separatis Ukraina timur.
Setelah itu, mereka menyerang Donbas yang merupakan jantung industri negara Ukraina. Lebih dari 14.000 orang kehilangan nyawanya dalam konflik bersenjata antara pasukan Ukraina dan separatis yang didukung Rusia.
Ukraina dan Barat menuduh Rusia mengerahkan pasukan dan mengirim senjata ke pemberontak, lalu tuduhan ini dibantah oleh Rusia. Namun, Rusia mengecam keras Amerika Serikat (AS) dan NATO karena membantu Ukraina dengan senjata dan latihan militer bersama.
Presiden Putin juga menyatakan keprihatinan atas rencana beberapa anggota NATO untuk mendirikan pusat pelatihan militer di Ukraina karena akan memfasilitasi pijakan militer di kawasan itu bahkan tanpa Ukraina bergabung dengan NATO.
Rusia dalam tuntutan keamanannya mengatakan bahwa mereka tidak ingin Ukraina menjadi negara anggota NATO dan ingin menghentikan semua latihan NATO di dekat perbatasannya, serta penarikan pasukan NATO dari Eropa Tengah dan Timur.
Perlu dicatat bahwa masuknya Ukraina ke NATO akan membutuhkan persetujuan bulat dari 30 negara anggotanya. Selain itu juga, Rusia memandang Ukraina sebagai bagian dari ‘lingkup pengaruhnya’ sebuah wilayah, bukan negara merdeka. Namun, AS dan NATO telah menolak tuntutan Rusia. Barat mendukung Ukraina dan berjanji akan menyerang Rusia secara finansial jika pasukannya maju ke Ukraina. (CBN)
Sumber : Bisnis24