Washington DC, Suaranusantara.co – Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Abraham Liyanto joget bersama sejumlah pelajar dan masyarakat Amerika Serikat (AS) di depan White House (Kantor Kepresidenan) pada Jumat, 19 Mei 2023 lalu. Kegiatan itu dilakukan Abraham untuk mengenalkan lagu khas asal NTT ‘Gemu Famire’ kepada pelajar dan masyarakat AS.
“Lagu ‘Gemu Famire’ sebuah kebanggaan kami orang NTT. Kemarin, pas KTT Asean di Labuan Bajo, lagu itu dibawakan saat gala dinner para pimpinan Asean. Para pemimpin Asean semua terhibur dan senang. Saya ingin mengenalkan lagu itu lebih luas lagi yaitu ke AS,” kata Abraham dalam wawancara melalui handphone (HP) pada Senin, 22 Mei 2023.
Ia menjelaskan lagu ‘Gemu Famire’ sebagai upaya promosi wilayah NTT ke seluruh dunia. Selain promosi lewat binatang langka Komodo yang telah dilakukan selama ini, NTT juga ingin mengenalkan budaya dan seninya ke seluruh dunia.
“Lagu ‘Gemu Famire’ sudah familiar kepada masyarakat Indonesia. Hampir semua pelosok masyarakat Indonesia sudah tahu lagu itu. Maka kami harus kenalkan ke luar negeri. Supaya orang luar tahu tentang NTT,” jelas anggota Komite I DPD RI ini.
Dia mengaku berada di AS dalam rangkaian kunjungan kerja (Kunker) bersama anggota Komite I DPD RI selama sepekan. Kunker untuk mendapatkan masukan dan materi dari pihak terkait di AS dalam pembahasan perubahan UU DKI Jakarta setelah tidak lagi berstatus sebagai ibukota negara.
“Kami di Komite I sedang membahas perubahaan UU DKI Jakarta, pasca terbitnya UU IKN. Kami ingin mendapatkan masukan, materi terkait perubahan UU tersebut,” tegas senator yang sudah tiga periode ini.
Menurut pemilik Universitas Citra Bangsa Kupang ini, kegiatan memperkenalkan lagu ‘Gemu Famire’ dilakukan di sela-sela Kunker. Dirinya secara spontan mengajak pelajar dan masyarakat AS joget bersama di depan White House dengan lagu ‘Gemu Famire’.
“Mereka sangat senang. Apalagi setelah diberitahu, lagu ini berasal dari daerah tempat tinggal Komodo. Beberapa dari mereka bertekad ingin berkunjung ke NTT pada satu waktu nanti,” jelas Abraham.
Dalam kegiatan itu, Abraham juga mengaku mengenal senat Indonesia ke masyarakat AS. Pasalnya, Indonesia sama seperti Amerika yaitu punya senat atau DPD.
Cuma bedanya, senat di AS memiliki wewenang yang sangat powerfull. Sementara di Indonesia, keberadaan DPD masih terbatas wewenangnya. Yang bisa ketok sebuah UU hanya DPR. Adapun DPD hanya sebatas memberikan pertimbangan.
“Ini yang kami sampaikan di sana. Bahwa Indonesia punya senat tapi tidak powerful seperti AS. Semoga kedepan, lewat amandemen UUD 1945, wewenang DPD bisa seperti yang ada di AS,” tutup Abraham.