Posisi Pemilih Muda
Dari rilis data KPU, pada Pemilu 2024 mendatang, jumlah pemilih muda kira-kira mencapai 107 juta orang. Pemilih yang berusia 17-40 tahun menominasi komposisi ini, atau sekitar 53-55 persen dari total pemilih secara keseluruhan.
Survei Alvara (2017) mengungkapkan tiga karakter utama milenial nusantara yakni terkoneksi, kreatif dan percaya diri. Temuan lain, generasi milenial dan gen Z juga sangat melek dengan teknologi.
Posisi yang strategis (pemilih muda) ini tentu menjadi magnet elektoral yang potensial bagi para politisi. Demikaian juga bagi partai politik untuk mendulang suara dalam pemilu 2024 mendatang.
Tidak heran jika para politisi dan parpol berlomba menampilkan busana politik kekinian. Tujuannya adalah demi meraup suara para kaum muda. Seolah para politisi mau memberi pesan bahwa ruang politik tidak selamanya kaku dan formal. Atau selalu ada cara baru untuk beradaptasi dengan perubahan zaman.
Namun gaya berpolitik yang kekinian ini, tidak koheren dengan perubahan visi dan gagasan dalam memberikan pendidikan politik dan praktek politik yang bersih bagi generasi muda. Terutama dalam menjawab potensi bonus demografi yang diperkirakan puncaknya terjadi pada 2030 mendatang. Bonus demografi merupakan suatu fenomena demografi dimana populasi usia produktif lebih banyak dari usia non produktif.
Kerentanan Terhadap Politik Uang
Terlepas dari keistimewaan yang dimiliki generasi muda. Sebuah studi menunjukan, pemilih muda sebetulnya memiliki kerentanan yang cukup tinggi dari praktik politik uang dan isu-isu primordial. Hal ini karena minimnya pemahaman politik dan sikap apolitik yang tinggi dari kalangan generasi muda.
Survei CSIS (2017), menyimpulkan aspirasi, harapan, dan persepsi generasi milenial relatif sama dengan non milenial. Efek politik dan ekonomi milenial belum terlalu kuat.
Survei Indopol (2021) terkait perilaku milenial dan gen z terhadap politik uang. Sebanyak 37,4 persen responden menolak politik uang dengan alasan. Sedangkan 24,8 persen menerima dengan segala alasan. Dan tidak tahu/tidak menjawab lebih besar 37,8 persen.
Selain faktor internal, pengaruh kekuatan di luar struktur cukup besar. Kekuatan politik generasi muda diperhadapkan juga dengan kekuatan politik oligarkis. Dengan kekuatan materilnya, oligarki mampu membangun narasi manipulatif yang dapat memecah belah kekuatan elektoral kaum milenial.