Jakarta, Suaranusantara.co – Indonesia berduka pada Rabu sore, 11 September 2019. Presiden ke-3 Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie, meninggal dunia pada 18.05 WIB. Ia menghembuskan napas terakhir di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
Meski telah pergi, Habibie meninggalkan sejumlah ilmu yang akan terus bermanfaat bagi generasi selanjutnya. Di antaranya adalah Faktor Habibie pada teori keretakan atau Crack Progression Theory.
Teori keretakan aslinya adalah sebuah formula yang menghitung pergerakan retakan pada suatu konstruksi atau struktur. Adapun Faktor Habibie itu digunakan untuk menghitung titik retak yang membuat struktur nantinya bisa diperkuat secara lebih spesifik.
Di antaranya adalah dengan mengoptimasi campuran besi yang bisa menurunkan Safety Factor atau faktor-faktor yang bisa mengganggu keamanan dari suatu struktur. Campuran besi itu mengurangi penggunaan besi dan meningkatkan keberadaan alumunium di badan pesawat.
Ini membuat struktur badan pesawat menjadi lebih kuat. Dengan struktur pesawat yang lebih kuat, kemungkinan kerusakan dan kecelakaan pada pesawat bisa menurun. Selain itu, berkat Faktor Habibie, pesawat jadi memiliki daya angkut yang lebih besar. Ini juga membuat pesawat memiliki wilayah terbang yang lebih jauh.
Hebatnya, Faktor Habibie itu dirumuskan ketika ia masih berusia 32 tahun. Penemuan ini yang membawa Habibie menduduki jabatan wakil presiden perusahaan kedirgantaraan Messerschmitt Boelkow Blohm Gmbh (MBB) di tahun 1969.
Presiden Steinmeier: Jerman Berutang Banyak pada Habibie
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier menyampaikan ucapan duka atas wafatnya Presiden Ketiga RI, BJ Habibie. Jerman memiliki tempat khusus di hati Habibie. Semasa muda, Habibie menuntut ilmu di Jerman.
Steinmeier menganggap Jerman adalah rumah kedua bagi Habibie. Sebab, Habibie sangat dekat dengan kebudayaan maupun tradisi di Jerman.
“Sejak hari-harinya sebagai mahasiswa di Aachen, dia memiliki hubungan khusus dengan negara kami, dan tetap mempunyai banyak teman di sini,” kata Steinmeier seperti dikutip dari keterangan pers Kedutaan Besar Jerman di Jakarta, Jumat (13/9).
“Jerman berutang banyak pada Habibie, beliau mencapai hal-hal luar biasa,” sambung dia.
Dia menambahkan, salah satu jasa besar Habibie yang tak akan terus terkenang adalah upaya membina hubungan dekat antara pemerintah dan rakyat Jerman.
“Beliau telah dianugerahi the Grand Cross 1st Class of the Order of Merit dari Republik Federal Jerman,” papar dia.
“Kami sudah kehilangan teman terbaik bagi Jerman, yang tak pernah lelah mendukung hubungan kedua negara,” ucapnya.
Seusai menjabat presiden, Habibie yang fasih berbahasa Jerman ini sempat tinggal di negara tersebut sementara waktu.
Habibie tutup usia pada Rabu (11/9) lalu. Ia meninggal dunia lantaran menderita gagal jantung karena usia yang menua.
______________________________
Sumber: Faktor Habibie, Warisan BJ Habibie untuk Dunia Pesawat Terbang. Kumparan (2019), Presiden Steinmeier: Jerman Berutang Banyak pada Habibie, Kumparan (2019)