Labuan Bajo, suaranusantara.co – Berbagai keluhan masyarakat disampaikan kepada anggota DPRD Partai NasDem salah satunya adalah masalah akses jalan yang belum bisa dilewati kendaraan saat menggelar kegiatan Reses di Desa Tiwu Riwung, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Senin [21/4/2025]
Menanggapi keluhan itu, Marten Mitar berjanji akan menyampaikan hal itu ke bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi di Labuan Bajo.
Kata Marten, jalan tani di desa Tiwu Riwu itu telah dibuka sejak 2019 lalu. Kedepannya, kata Marten tinggal pengaspalan atau rabat.
Ia berharap, pemerintah kabupaten Manggarai Barat bisa memenuhi permintaan dan menjawab penderitaan yang telah lama dialami oleh para petani di desa Tiwu Riwu itu.
Tanggapan ini dilontarkan oleh Marten Mitar sebagai wujud kepeduliannya atas Kondisi jalan yang memprihatinkan di wilayah Dapilnya sendiri saat mendengar keluhan yang disampaikan oleh Mama Ersen, warga kampung Kondas yang bekerja sebagai seorang petani demi membesarkan hingga menyekolahkan lima orang anaknya.
Sosok ibu berumur 65 tahun itu menceritakan keluhannya kepada Martinus Mitar. Kisahnya, ia memiliki beberapa bidang kebun kemiri dan porang di desa Golo Ketak, salah satu desa tetangga desa Tiwu Riwu yang jaraknya sekitar 5 kilo meter.
Dari hasil pertanian itulah, Mama Ersen menyekolahkan anaknya hingga mendapatkan gelar sarjana.
Selain tanaman Kemiri dan Porang, di kebun itu juga Mama Ersen menanam sejumlah tanaman Kopi Tuang, salah satu jenis kopi yang dibawa oleh para misionaris asal negara Eropa.
Sayangnya, kata Mama Ersen, hasil yang melimpah itu harus memerlukan tenaga yang cukup ekstra.
Mama Ersen sejak lama telah menjadi tulang punggung keluarga. Pekerjaan berat itu ia mulai pikul ketika suaminya sakit dan tidak bisa bekerja.
Untuk melanjutkan dan menghidupkan ekonomi keluarga, Mama Ersen banting tulang memikul hasil pertanian itu dari kebun hingga ke kampung. Meski jarak yang begitu jauh. Masa depan kelima anaknya adalah semangat bagi Mama Ersen untuk selalu bekerja keras.
Dia menceritakan bahwa, petani di desanya masih menggunakan tenaga Kerbau untuk memikul hasil pertanian.
Bagi Mama Ersen yang tak punya kerbau, terpaksa ia harus menyewa kerbau milik orang lain. Kata Mama Ersen, satu ekor kerbau dibayar Rp. 80 ribu. Biasanya beban yang dipikul oleh Kerbau bisa mencapai 80 Kg bahkan lebih.
“Kami pikul pakai kerbau Pa. Kalau tidak ada kerbau, matilah kami,” ungkap Mama Ersen.
Hal itu terpaksa dilakukan petani di desa Tiwu Riwu itu lantaran tak ada jalan yang bisa dilalui kendaraan.
Perihnya juga, jembatan yang menghubungkan dua desa juga tidak ada. Sehingga ketika musim hujan, terpaksa mereka tidak berkebun.
Penderitaan yang cukup lama dialami oleh Mama Ersen dan petani di desa Tiwu Riwu itu disampaikan kepada Marten Mitar, anggota DPRD Manggarai Barat yang saat itu melakukan reses di kampung Kondas tersebut.
Menurut Mama Ersen, jalan menuju kebun tersebut memang sudah dibuka tetapi belum diaspal sehingga belum bisa dilalui kendaraan.