
Ramadhan dan Pembebasan
Ramadhan sebuah bulan kemuliaan (Qs.[2]:185), yang Tuhan turunkan kepada manusia sebaai sebuah sarana untuk membebaskan segenap jiwa manusia dari karakter dan perilaku eksploitatif. Ramadhan mengajarkan kepada manusia untuk selalu kembali kepada jati diri dan hakikat ontologisnya, yaitu sebagai khalifah yang tunduk pada kehendakNya. Dengan melakukan puasa pada tubuhnya ia mencoba untuk membersihkan kerak pada hatinya yang dalam. Yaitu berupa kehendak dan ego untuk ditundukan dan diredam serta dipendam dengan dalam.
Selain itu, Ramadhan menjadi sarana epistemologis untuk menyadarkan bahwa manusia bukan semata subjek tanpa makna. Manusia adalah subjek yang berkehendak dan berfungsi sebagai pemakmur. Ramadhan menjadi sebua sarana untuk membentuk manusia yang unggul, manusia Bertuhan dengan ciri pada ketaqwaan (Qs.[2]:183).
Sebagai manusia yang bertaqwa ia menjadi subjek dan selalu meyakini adanya kekuatan dan kegaiban Tuhan. Menjalankan ketertundukan melalui pelaksanaan shalat, menjadikan kitab suci al-Qur’an sebagai pedoman serta meyakini adanya akhirat sebuah tempatnya berpulang (Qs.[2]:1-4).
Ramadhan membebaskan manusia dari kelekatan fana dunia menuju keabadian hidup, yaitu hidup yang meletakkan Tuhan pada jiwanya. Bahwa Ramadhan menjadi sebuah metode kemuliaan yang memuliakan manusia dari semata homo homoni lupus (manusia sebagai serigala bagi manusia lainnya). Ia bukanlah semata sebagai hewan yang berfikir, tetapi lebih jauh dari itu. Ia adalah subjek yang menentukan terciptanya sebuah peradaban manusia. Manusia dengan segenap entitas subjek yang dimilikinya menentukan bagaimana arah hidupnya sendiri.
Ramadhan membangun semangat kemanusiaan, klik halaman selanjutnya