Yangong, Suaranusantara.co – Polisi Myanmar membubarkan aksi unjuk rasa para pekerja menentang kudeta militer di Nay Pyi Taw, Ibu Kota Myanmar, dengan water cannon. Pada Senin, 8 Februari 2021 pagi waktu setempat, 10.000 orang mengambil bagian pada aksi unjuk rasa warga sipil negara itu menentang junta militer.
Mereka antara lain menuntut pembebasan pemimpin terpilih Myanmar, Aung San Suu Kyi, dan mengembalikan demokrasi yang di rampok junta militer.
Jaringan televisi negara sudah mengingatkan para pengunjuk rasa. Bahwa aparat keamanan akan mengambil tindakan lebih tegas. Bila mereka mengancam keselamatan publik dan melanggar undang-udang.
Selain terjadi di Nay Pyi Taw, aksi unjuk rasa dengan jumlah massa besar juga terjadi dua kota besar lainnya yaitu di Mandalay dan Yangon. Menurut laporan BBC.com, para peserta unjuk rasa ini berasal dari berbagai profesi seperti guru, pengacara, karyawan bank, dan pegawai pemerintahan.
Polisi Myanmar Bubarkan Pengunjuk Rasa dengan “Water Cannon”
Seorang peserta aksi unjuk rasa yang tidak ingin namanya di sebut kepada kantor berita AFP sebagaimana di kutip dari BBC mengatakan, “Hari ini, kami, para profesional, lebih khusus lagi para profesional di bidang pelayanan publik seperti dokter, teknisi, dan guru, ikut turun ke jalan. Untuk menunjukkan bahwa kami semua sependapat. Kami semua memiliki tujuan yang sama yaitu menghancurkan kediktatoran.”
Seluruh karyawan di negeri itu memang sudah di minta untuk meninggalkan pekerjaan mereka. Agar bisa mengambil bagian dalam aksi unjuk rasa. “Ini hari kerja, tetapi kami tidak masuk kerja. Tidak peduli gaji kami di potong,” kata seorang buruh garmen berusia 28 tahun, Hnin Thazin.
Bahkan seorang pengunjuk rasa lainnya, Hnin Hayman Soe kepada BBC mengungkapkan bahwa ia datang berunjuk rasa bersama anak dan ponakan-ponakannya. “Kami menyaksikan begitu banyak anak muda tidak terima junta militer. Kami saksikan begitu banyak anak muda di sini,” ujarnya.