Jakarta, Suaranusantara – Pembangunan terowongan yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral di Jakarta Pusat, yang akan menjadi ikon kebhinekaan, sudah mencapai 20%. Padahal, gagasan itu sudah muncul satu tahun lalu.
Pembangunan ini adalah tindak lanjut arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meninjau renovasi Masjid Istiqlal pada Februari 2020 lalu.
“Ada usulan untuk membuat terowongan dari Masjid Istiqlal ke Gereja Katedral, sudah saya setujui. Ini menjadi sebuah terowongan silaturahmi. Terowongan bawah tanah, sehingga tidak menyeberang jalan,” kata Jokowi saat itu.
Dalam pernyataan tertulis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang diterima di Jakarta, Rabu 3 Maret 2021 disebutkan, penghubung dua tempat ibadah umat Islam dan Katolik ini bisa dibangun dalam bentuk jembatan penyeberangan.
Namun, kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, karena faktor keamanan dan keselamatan, maka desain yang dipilih adalah terowongan bawah tanah.
“Ada alternatif sebetulnya bisa jembatan penyeberangan, tapi kan terlalu curam, atau dengan yang lain, kita pilih terowongan yang lebih aman,” kata Basuki.
Parkiran
Lebih lanjut dijelaskan, selain sebagai ikon kebhinekaan, terowongan ini nantinya berfungsi untuk memudahkan akses jemaah antarbangunan rumah ibadah untuk memenuhi kebutuhan ruang parkir tanpa mengganggu arus lalu lintas saat ini.
Terowongan silaturahmi ini dibangun dengan panjang 33,8 meter, tinggi tiga meter, dan lebar 4,5 meter. Total luas mencapai 339,97 m2.
Jarak terdekat pintu masuk terowongan dengan Gereja Katedral yakni 32 meter. Ini dilakukan guna memastikan keamanan struktur Gereja Katedral. Sementara jarak terdekat terowongan dengan gerbang Masjid Istiqlal adalah 16 meter.
Arsitektur terowongan ini dibangun dengan gaya modern. Eksteriornya menggunakan material transparan sehingga kecantikan desain Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang merupakan bangunan cagar budaya tidak terhalang.
Pilar
Sementara interiornya dilengkapi dengan konsep desain pilar berulang yang menggunakan material marmer serta dilengkapi dengan railing sebagai simbol jabat tangan. Selain tangga, terowongan ini juga dilengkapi dengan ramp/lift/difabel lift untuk menunjang fungsi sebagai bangunan publik.
Terowongan ini juga akan dihiasi dengan galeri diorama yang menceritakan hubungan toleransi antar umat beragama di Indonesia. Bentuk diorama akan tampil dalam bentuk relief maupun media elektronik (digital) yang konten digitalnya dapat disesuaikan dengan tema yang ingin diangkat.