Jakarta, Suaranusantara.co – Karantina pemudik yang datang kembali dari kampung halaman,
Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengimbau para pemudik menjalani karantina minimal 5 hari. Hal ini berlaku bagi warga yang telanjur mudik dan akan kembali ke daerah asal tujuan. Mereka adalah para pemudik yang dalam masa arus balik Lebaran 2021.
Upaya karantina pemudik tersebut untuk memastikan pencegahan penularan COVID-19, yang dibawa para pemudik. Fasilitas karantina pun sudah di siapkan di masing-masing daerah. Bila ada pemudik yang positif COVID-19, warga juga bisa melakukan karantina mandiri.
“Yang kita perhatikan, pasca Idul Fitri. Banyak warga kembali dari kampung halaman. Apakah itu yang melakukan mudik, walaupun di larang. Atau yang karena aktivitas lainnya. Ini tantangan kita juga, masih ada 7 persen atau sekitar 18,9 juta orang yang nekat mudik walau sudah di larang,” jelas Doni saat Rapat Koordinasi Satgas Nasional, Minggu (16/5/2021).
“Dengan dinamika itu, saya mengimbau kepada seluruh sekda daerah. Ya, ada juga sekda yang sudah menyampaikan di lakukan karantina bagi mereka yang kembali bepergian minimal 5 hari.”
Lebih lanjut, Doni Monardo mengharapkan, karantina bagi warga yang akan kembali ke daerah tujuan dapat di lakukan dengan baik.
“Saya harapkan kebijakan ini bisa di lakukan oleh seluruh provinsi, terutama provinsi-provinsi yang memang akan menerima para pemudik kembali ke tempat semula,” harapnya.
Karantina Menekan Terjadinya Fenomena Pingpong dan Balon
Karantina yang di lakukan juga menekan agar tidak terjadi fenomena ‘pingpong’ dan ‘balon.’ Yang di maksud fenomena ‘pingpong’ adalah kasus aktif COVID-19 dapat berpindah-pindah antar-wilayah.
Analogi fenomena ‘balon’ terjadi ketika protokol kesehatan di terapkan ketat, balon mengembang, sedangkan sisi lain akan mengempis bila yang bagian yang di tekan di lepaskan (protokol kesehatan kendor).
“Karantina ini perlu bagi mereka yang bepergian (mudik), kenapa demikian? Kita lihat jangan sampai terjadi ‘pingpong’ atau teori balon, terutama ketika kembali dari satu wilayah Sumatera menuju Jawa (membawa COVID-19 dari Sumatera ke Jawa),” jelas Doni Monardo.
“Ini harus kita hindari. Apalagi Sumatera dalam beberapa bulan terakhir ini mengalami peningkatan, baik kasus aktif, angka kematian dan keterisian BOR (Bed of Occupancy Rate). Sementara, perkembangan COVID-19 di Pulau Jawa berada pada posisi relatif tenang.”