Bukan Hanya Butuh Sehat
Pemaksaan kepesertaan BPJS tu memang akan sangat baik bagi manajemen BPJS. Risiko akan makin rendah dan pengelolaan akan kian efisien. Tapi, apakah benar lantas menjadi sejahtera begitu menjadi peserta BPJS?
Bagi masyarakat, sehat memang sangat penting. Namun, sejahtera bukan hanya memperoleh rasa aman jika sakit. Masyarakat juga memerlukan rasa aman yang lain. Aman dari kekhawatiran tidak bisa membayar kebutuhan rumah tangga, papan, sandang yang layak, dan pendidikan. Bahkan, rasa aman dari ketakutan tak bisa membayar BPJS.
Sekarang ketiadaan rasa aman itu bertambah lagi. Masyarakat berpenghasilan rendah akan khawatir tak bisa memperoleh layanan publik. Tak bisa mengurus SIM, SKCK, STNK, dan layanan publik yang lain.
Bagi masyarakat berpenghasilan rendah, iuran BPJS bukan murah. Apalagi, bagi sebagian besar masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari sektor nonformal. Jualan kaki lima, usaha mikro, atau kerja serabutan yang pendapatannya tidak pasti.
Sebuah keluarga peserta BPJS Kesehatan mandiri dengan tiga anak, misalnya, berarti harus menyiapkan dana minimal Rp 185.000 per bulan. Sebab, iuran kelas III adalah Rp 42 ribu per orang. Disubsidi pemerintah Rp 7.000, sehingga peserta membayar Rp 35.000.
Bagi keluarga sederhana, Rp 185 ribu itu tidak murah. Sebab, itu harus dibayar setiap bulan. Bagi petani kecil, apalagi. Yang hanya mengandalkan penghasilan dari panen atau buruh tani. Yang setahun mungkin hanya tiga bulan memperoleh hasil.
Karena itu, pemaksaan dengan dalih apa pun tidak sepatutnya. Kecuali, pemerintah menanggung iuran BPJS bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Uang Rp 185 ribu akan sangat berarti bagi rumah tangga yang tak memiliki pendapatan tetap. Apalagi, bagi petani yang hanya mengandalkan pendapatan saat musim panen.