Jakarta, Suaranusantara.co – Episode ketiga Kick Andy Double Check yang tayang hari ini menghadirkan narasumber yang tidak kalah menarik ketimbang sebelumnya. Bahkan, pembicaraan kali ini dapat di katakan lebih menarik lagi karena menghadirkan salah satu tokoh sentral dalam kebijakan penanganan pandemi Tanah Air, yakni Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marinves) Luhut Binsar Pandjaitan.
Sejak awal pemerintahan Presiden Joko Widodo, Luhut memang sudah di percaya dengan tugas-tugas penting. Jenderal TNI (Purn) ini awalnya menjabat Kepala Staf Kepresidenan, kemudian di serahi tugas sebagai Menkopolhukam, Menkomaritim, lalu menduduki posisi saat ini.
Ketika pandemi masuk ke Indonesia dan Presiden membentuk Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui Perpres 82/ 2020, Luhut pun menjadi salah satu Wakil Ketua. Meski pemerintah juga memiliki Satgas Penanganan Covid-19 dan Satgas PEN, Luhut tetap menjadi sosok andalan Jokowi dalam penanganan situasi genting. Contohnya ia di tunjuk langsung Presiden sebagai Koordinator PPKM Darurat di Jawa dan Bali yang berlaku mulai 3-20 Juli 2021. Yang kemudian di lanjutkan dengan PPKM level 4 hingga 25 Juli 2021.
Dengan berbagai peran penting itu, tidak heran ia kerap menjadi sasaran kritik masyarakat terkait kebijakan penanganan pandemi yang sering berubah-ubah. Derasnya kritikan itu pula yang langsung ditanyakan Andy Noya kepada Luhut di awal episode Double Check yang bertajuk Ada Apa dengan Luhut? ini.
“Bagaimana tanggapan terkait kritikan tentang pengendalian covid?” tanya Andy kepada pria kelahiran Toba Samosir, 74 tahun lalu itu. Andy pun tidak ragu menanyakan kepada Luhut mengenai dirinya yang juga langsung menjadi sasaran netizen saat pemerintah dianggap gagal menangani pandemi.
Tuai Kritik
Menjawab pertanyaan panas itu, Luhut mengakui sebagai manusia, ia tidak luput dari rasa jengkel. “Kalau ada yang kritik sana sini saya tertawa saja dan jengkel juga,” katanya dengan gaya lugasnya yang khas.
Di sisi lain, Luhut mengaku tetap terbuka dengan kritikan. Namun, ia juga memegang teguh prinsip untuk tidak pernah menolak perintah. Pria yang menjabat Menteri Perdagangan dan Industri di era Presiden Abdurrahman Wahid ini mengaku selalu berusaha menjalankan tugas dengan baik.
Pembicaraan pun makin hangat ketika Andy juga menyampaikan berbagai kritik pedas, termasuk sindiran publik tentang Luhut yang disebut sebagai menteri semua urusan dan juga soal meme ia sebagai perdana menteri. “Seluruh isi kabinet di meme muka Anda. Ini Anda tersanjung atau tersinggung?” tanya Andy jahil.
Luhut memilih menjawab pertanyaan itu dengan bijak, termasuk soal tudingan Presiden memberikan berbagai posisi penting sebagai balas budi padanya. Simak jawaban lengkap Luhut, termasuk soal tenaga kerja asing (TKA) dan investasi asal Tiongkok serta soal beban utang negara dalam penayangan pukul 19.05 WIB malam ini di Metro TV.
Tidak hanya membahas soal pemerintahan, Andy juga mengajak ayah empat anak itu membahas mengenai keluarga dan perjalanan karier militernya.
Meski bukan berada ataupun berpendidikan tinggi, Luhut mengungkapkan bahwa kedua orangtuanya selalu menekankan akan nilai kebaikan dan berpegang teguh pada prinsip. “Ibu saya bilang, kamu bisa berbuat baik untuk semua orang,” kata anak sulung dari pasangan Bonar Pandjaitan dan Siti Frida Naiborhu itu.
Luhut mengungkapkan ayahnya yang merupakan supir militer awalnya tidak ingin Luhut menjadi tentara karena pernah kecewa di institusi itu. Sang ayah pun mendorong Luhut mendaftar ke Institut Teknologi Bandung (ITB).
Tidak ingin memupus begitu saja cita-citanya, Luhut tetap mendaftar ke Akademi Militer (Akmil) sembari juga mendaftar ITB. Ketika pengumuman kelulusan Akmil keluar lebih dulu, ayah Luhut akhirnya merestui keinginan sang anak.
Tempaan Orang Tua
“Ayah saya bilang kamu jadilah tentara yang benar,” kenang Luhut. Keinginan sang ayah itu telah dibuktikan Luhut dengan karier gemilang di TNI. Luhut bahkan merupakan pendiri dan Komandan Pertama Proyek Charlie/Proyek Intelijen Teknik pada Detasemen 81 Antiteroris Kopassus (1985). Ia juga pendiri dan Komandan Pertama Sekolah Pertempuran Khusus (Sepursus) Detasemen-81/Antiterror Kopassus diPusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus) pada 1986).
Meski membuat capaian-capaian penting dalam sejarah Kopassus, Luhut tidak pernah menjadi Danjen Korps ‘Baret Merah’ itu. Andy pun menanyakan hal ini pada Luhut. “Ya, pastilah kecewa, tapi saya menerima. Saya pikir, ya,begitulah kehidupan. Meskipun saya di mana, saya lakukan yang terbaik,” tukasnya.
Nyatanya keberhasilan Luhut bukan hanya dalam tugas-tugas militer dan pemerintahan, melainkan juga di kewirausahaan. Pada 2004, Luhut mulai merintis bisnis di bidang energi dan pertambangan dengan mendirikan PT Toba Sejahtra Group.
Kini, di bawah perusahaan itu, sudah ada anak usaha yang bergerak di sektor minyak dan gas, perkebunan, dan kelistrikan. PT Toba Bara Sejahtra Tbk (Toba Bara) merupakan salah satu produsen utama batu bara termal yang kompetitif di Indonesia. Di bagian akhir acara, Andy membahas mengenai radikalisme dan mengenai tampuk kepemimpinan selanjutnya. Pembahas topik ini pun tidak kalah hangat jika dibandingkan dengan segmen sebelumnya. (M-1)