
Semangat Kemanusiaan
Ramadhan membangun semangat kemanusiaan atas dasar rasa bertuhan yang dimilikinya. Bahwa manusia membangun keadaban manusia atas dasar semangat bertuhan yang ia letakkan dalam jiwanya. Kehadiran Ramadhan menyadarkan manusia bahwa ia adalah subjek untuk menjalankan kehendak-kehendakNya.
Semangat untuk membangun sebuah ruang hidup, selalu digerakkan oleh sebuah jiwa dan semangat ketuhanan. Ia bergerak atas dasar kehendakNya dan apa yang dilakukannya adalah karenaNya.
Ramadhan mengingatkan bahwa perilaku puasa bukan dilakukan oleh kaum Muslimin tetapi juga menjadi kewajiban yang telah dilakukan oleh umat beragama sebelumnya (Qs.[2]: 183). Tuhan menjadikan puasa sebagai rekonstruksi tubuh manusia. Membentuk ulang manusia, baik dari sisi fisik tubuh hingga jiwa manusia.
Puasa Ramadhan membentuk tubuh dan jiwa yang lebih kuat bagi manusia. Maka ia dijalankan sebagai sebuah metode membangun kembali kemanusiaan manusia yang terbebas dari jerat dan perangkap dunia yang melenakan.
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 185).
Sumber: Ramadhan dan Pembebasan Diri