Labuan Bajo, suaranusantara.co – Pekerja pada PT. Mitra Konstruksi meninggalkan utang Cash bon senilai puluhan juta rupiah (Rp. 24.578.000) di salah satu kantin milik orang lokal. Sejumlah pekerja itu sudah kabur, Sementara pihak perusahan tidak bertanggungjawab membayar utang utang tersebut pada pemilik kantin yang beroperasi di Mawatu, Desa Batu Cermin, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat.
Diketahui dari hasil penelusuran media, PT. Mitra Konstruksi adalah perusahaan jasa konstruksi yang didirikan pada tahun 2016 dengan tiga anak perusahaan di Jakarta dan dua kantor cabang di Bali dan Surabaya. Tujuan utama kami adalah kepuasan klien dan kemitraan jangka panjang.
Seorang pemilik kantin asal Lembor Kabupaten Manggarai Barat yang membuka usahanya di lokasi pekerjaan PT. Mitra Konstruksi menerangkan kantinnya terancam pailit karena banyak cash bon yang belum dibayar oleh para pekerja, terangnya kepada media ini.
Semula pemilik Kantin dengan nama kantin Glory diijinkan oleh pihak Manajemen untuk membuka usahanya di lokasi tersebut dan wajib membayar pajak setiap bulan. Kantin ini melayani kebutuhan makan dan minum para pekerja. Perjanjian pembayaran akan dilakukan setiap dua mingguan dalam bulan setelah gaji pekerja dicairkan.
Utang ini, menyebabkan kantin milik kornelia Anir yang lasim dipanggil Nely terancam pailit saat memberikan keterangan kepada wartawan suaranusantara.co di kantinnya pada Senin, (2/9/2024),
Pemilik kantin itu, menjelaskan, kronologi ia membuka usahanya dan kesepakatan yang ia bangun bersama dengan semua konsumen dari PT. Mitra Konstruksi.
“Awalnya Saya membuka buka warung di pinggir jalan umum dekat kantor manajemen namun dilarang karena itu jalan umum dan akan menghalangi mobilisasi material dari pihak perusahan. Setelah itu, pada bulan Mei 2024 saya pindah di dalam lokasi pekerjaan PT. ini dan dipungut pajak senilai Rp. 2000.000 per bulan. Tugas saya adalah melayani kebutuhan makan minum, pagi, siang dan malam dari para pekerja perusahan PT Mitra Konstruksi. Semua makan dan minum yang dimakan dan diminum baru akan dibayar setiap dua minggu dalam bulan setelah para pekerja itu terima gaji. Di luar dugaan saya, semua konsumen yang cash bon di kantin saya kabur dengan meninggalkan utang sejumlah Rp. 24.578. 000,” beber Neli
Pihaknya, Neli telah berupaya membangun komunikasi dengan pihak manajemen untuk meminta tanggapan terkait persoalan utang yang tidak dibayar oleh mandor dan pekerja PT. Mitra Konstruksi yang saat ini sedang beroperasi di Mawatu.
“Saya sudah berkali-kali komunikasikan persoalan dengan Pak Os Pala selaku pihak manajemen namun jawaban mereka sama saja. Mereka hanya membantu menyampaikan keluhan saya kepada pimpinan perusahan mereka namun pimpinan perusahan bilang kami tidak bisa bertanggungjawab atas persoalan itu. Sementara orang yang berutang ini adalah mandor dan pekerja dari perusahan ini. Saya buka kantin juga atas persetujuan perusahan dan saya wajib membayar pajak kepada perusahan juga,” ujar Neli
Pemilik Kantin yang terancam pailit akibat utang Cash bon ini, menyebutkan jumlah orang dari perusahan ini yang aktif makan dan minum di kantinnya.
“Setahu saya para pekerja dari perusahan ini berjumlah 100 orang, rata-rata orang Jawa. Sedangkan orang manggarai atau pribumi hanya 9 Orang.Itu saja yang aktif makan di kantin kami, sedangkan sisanya makan di kantin milik sesama orang jawa yang juga berstatus sebagai Mandor. alasan menurut pihak manajemen supaya mandor itu tidak menemui kesulitan saat mengatur para pekerjanya,” pungkas Neli
Memastikan tanggapan dari pihak manajemen atas upaya dari Ibu Neli yang membuktikan bahwa perusahan tidak membayar utang ini, Neli mengirimkan bukti chatingan whatsApp dari manajemen kepada media ini, isinya
“Silahkan Bu klau mau kekantor, kami terima dgn pintu terbuka, kami cuman mengingatkan bahwa ibu itu terkait hutang piutang dgn mandor ketel bukan dgn kantor Bu, jdi disini kami di lapangan hanya bisa menampung keluhan dan permasalahan yg ibu mereka alami, dan kami bantu sebatas menyampaikan ke kantor pusat, jdi kmi disini hanya sebatas memberi informasi. Syukur klau ada respon atau kabar baik dari kantor terkait masalah ini. Sekali lagi kami sampaikan bahwa kmi dri kantor tdk ada ikatan perjanjian dgn ibu. Begitulah Bu dunia kerja, kmi hrs selalu berkoordinasi dgn kantor pusat jdi tdk bisa ambil keputusan sendiri” tulis pihak manajemen itu.
Sementara pihak perusahan sendiri melalui bidang manajemen, menjelaskan bahwa mereka tidak mempunyai upaya lain lagi untuk mengatasi masalah utang piutang ini.
Salah seorang pegawai manajemen pada PT. Mitra Konstruksi Os Pala saat ditemui suaranusantara.co, pada Senin, (9/9/2024) menerangkan.
“Kami sudah berupaya membangun komunikasi dengan Pimpinan Perusahan namun jawaban mereka bahwa Perusahan tidak mempunyai hubungan dengan urusan utang piutang itu, karena persoalan utang itu adalah hasil kesepakatan pemilik kantin dengan mandor dan pekerja. sekarang mereka bukan lagi pekerja di sini jadi silahkan Ibu Neli memilih jalur lain atas persoalan ini,” tutur Os
Pihaknya Os mengakui bahwa Ibu Neli sudah berkali-kali mendiskusikan dengan bidang manajemen namun kami tidak bisa berbuat apa-apa kalau pimpinan perusahan sudah mengatakan tidak bisa dibantu.
“Kami sudah sering kali mendiskusikan persoalan yang dihadapi oleh Ibu Neli ini. lalu mengirimkan email kepada pimpinan perusahan jawabannya tidak berubah. Perusahan tidak bisa membayar utang itu,” ungkap Os
Terkait Mandor yang membuka kantin dan membiarkan pekerja dari Jawa memesan makanan pada Kantinnya Os menjelaskan
“Soal mandor yang berasal dari Jawa yang membuka kantin itu kami akan mengingatkan dia agar fokus saja pada tugasnya dan membiarkan para pekerja itu pesan makanan pada pengusaha lokal,” kata Os
Ibu Neli sendiri mengetahui bahwa Mandor yang membuka kantin itu namanya ibu Enda. Pernah berhenti buka Kantin namun sekarang sudah buka lagi.
“Dia pernah berhenti buka kantin setelah ada masalah utang pada perusahan sebelumnya tetapi sekarang dia sudah diijinkan lagi membuka kantin. Selama dia buka kantin semua pekerja dari Jawa itu pesan makanan di kantinnya. Kalau mereka semua sudah menguasai kesempatan mendapatkan rejeki dari perusahan ini, maka apa yang bisa kami dapatkan. apakah kami hanya menjadi penonton?. Saya menduga ini upaya untuk menggeser saya dari tempat ini dan mau meluputkan diri dari utang pekerja yang kabur itu,” tandas Neli
Dalam rangka mendapatkan kepastian tentang status Inda yang membuka kantin itu, media ini mencoba mengkonfirmasi pihaknya sejak Senin (2/9) namun hingga berita ini diturunkan tidak pernah ada tanggapan