Jakarta, Suaranusantara.co – Sebagai ormas terbesar di Indonesia, NU bakal berusia 100 tahun atau satu abad yang bakal dirayakan bertepatan pada Hari Santri Nasional. Dalam perjalanannya, tak dapat dipungkiri NU telah memberi warna bagi perjalanan bangsa ini.
NU diharapkan konsisten memberi pencerahan bagi kemajuan bangsa dan negara dalam menjawab tantangan zaman. Atas dasar itu muncul aspirasi agar figur pemimpin NU mendatang merupakan sosok yang mampu membaca zaman.
“Karena NU tidak saja membutuhkan pemimpin matang namun juga penuh dedikasi, berpandangan jauh ke depan, moralitas baik dan penerimaan tinggi di tengah tengah masyarakat,” kata Rektor Unisma Noor Shodiq Askandar, saat membuka acara Webinar dengan tema “Sosok Ideal Pemimpin NU Menjelang Satu Abad,” yang diadakan pada Sabtu (16/10/2021).
Sejumlah tokoh hadir sebagai pembicara dalam webinar tersebut, diantaranya Gus Miftah dan Stafsus Ketua Dewan Pengarah BPIP Romo Benny Susetyo. Kegiatan webinar ini juga diadakan dalam rangka Lustrum ke-8 Universitas Islam.
Romo Benny mengungkapkan, kemampuan membaca tanda zaman merupakan kriteria ideal bagi pimpinan NU. Dengan memiliki kemampuan tersebut, pimpinan NU niscaya mampu memberi solusi terhadap permasalahan yang dialami bangsa maupun dunia.
Menurut Benny, NU dalam sejarahnya telah memiliki pemimpin sekaliber Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang mampu memberi pengaruh besar pada penghujung Orde Baru dan diakui dunia. Gus Dur dirasa mampu membangun tatanan masyarakat sipil melalui pembuatan dan pengoordinasian NGO-NGO, serta memupuk generasi muda hingga dapat menjadi tokoh tokoh besar yang berperan penting untuk umat Islam dan bangsa Indonesia seluruhnya.
“Visi yang luar biasa Ini membuat nama Gus Dur harum tidak hanya dikancah dalam negeri tetapi juga dunia,” ungkapnya.
Dia meyakini, sosok pimpinan NU tidak hanya berperan dalam kesatuan organisasi. Namun ikut berkontribusi dalam menjaga negara dan menjaga dunia.
“Pada akhirnya menjaga kesatuan NU juga berarti menjaga negara dan menjaga dunia. Jangan karena perbedaan visi menjadikan NU terbelah, NU harus menjawab kebutuhan dunia tentang pemimpin spiritual yang mampu berpikir global,” kata Benny.
Webinar yang dihadiri 400 partisipan secara daring ini diselanggarakan untuk menyumbang kajian akademik sebagai kado ulang tahun NU. Melalui webinar ini diharapkan ditemukan profil dan formula dalam menjaring calon pimpinan NU.
Sementara Gus Miftah mengungkapkan, pimpinan ideal NU harus memiliki tiga kriteria yaitu, memahami aspek manajerial, memiliki networking dan memiliki visi kebangsaan serta dunia. Pemahaman yang dimaksud tidak hanya sebatas untuk kemajuan umat tetapi bangsa secara keseluruhan.
“Ketua tahnfidz ke depan harus paham dan mengerti teknologi,adaptif terhadap perubahan zaman serta dapat masuk ke kaum milenial karena mereka yang nanti menguasai negara dan pasar pada masa depan dalam era digital,” tuturnya.