Jakarta, Suaranusantara.co – Feuerstein Method (Metode Feuerstein) masih terdengar asing di telinga masyarakat, bahkan di kalangan medis dan terapis kesehatan, di Indonesia.
Bahkan hingga saat ini, belum ada terapis Indonesia yang secara khusus dan profesional yang mempelajari, mendalami dan mengembangkan metode ini. Padahal Metode Feuerstein yang bersifat universal tersebut sesungguhnya bisa menjadi jawaban bagi kebutuhan umat manusia di seluruh dunia, karena dihasilkan dari keterampilan belajar, yang menjadi inti, dan merupakan keterampilan yang sangat penting, yang sayangnya, seringkali diabaikan.
Prof. Reuven Feuerstein mengembangkan Mediated Learning Experience (MLE) yakni teori pembelajaran untuk perkembangan kognitif, yang berfokus pada peran mediator dalam membantu pembelajar membangun makna. Terapis memainkan peran penting sebagai mediator yang memberikan stimulus dan dukungan kepada pelajar (pasien) guna membantu mereka memahami dunia di sekitar mereka.
Teori dan metodologi Feuerstein bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran dan pengajaran, meningkatkan motivasi dan prestasi, mendorong inklusi dan kesetaraan, meningkatkan perilaku dan disiplin serta membekali peserta didik untuk belajar bagaimana belajar dan berpikir secara mandiri.
Bukan Terapi Biasa
Mediasi kognitif memang teknik yang digunakan untuk membantu pelajar, melalui interaksi yang bertujuan untuk membangun tingkat pemahaman atau makna baru di sistem otak. Hal ini juga karena mediasi adalah upaya yang disengaja untuk membantu peserta didik untuk dapat mengatur dan memahami informasi secara bertahap dengan cara yang lebih efektif.
Selama berlangsungnya sesi terapi, mediator mengarahkan pasien kepada berbagai aspek masalah, atau menciptakan kondisi dengan konsep yang terasosiasi dengan apa yang dikenal sebelumnya. Pengantar tekniknya dapat dilakukan dengan bernyanyi dan menyusun kata-kata dan kalimat.
Metode Mediated Learning Experience (MLE) ini melatih anggota keluarga dan beragam profesional pendidikan dan klinis untuk membangun interaksi terstruktur dengan pelajar. Dalam interaksi ini, pasien diperlakukan sebagai pelajar yang dimediasi untuk berpikir dan berkomunikasi secara empati dan logis, bekerjasama dengan orang lain, mempelajari rutinitas sehari-hari yang berguna, mengantisipasi hasil tindakannya, dan banyak lagi.
Teknik Feuerstein Method ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan meningkatkan potensi pembelajaran individu, sesuai kebutuhan yang berbeda-beda. Tiap-tiap individu mendapatkan pengetahuan dan sarana kelengkapan yang diperlukan untuk meraih capaian maksimum hingga melampaui kemampuan nyata.
Metode ini dilakukan dengan menghasilkan perubahan struktural di otak, sehingga menjadikan individu lebih dapat memodifikasi, lebih mampu belajar dan mendapatkan manfaat secara langsung dari lingkungan dan pengalaman barunya. Teori Reuven Feuerstein tentang modifikasi kognitif struktural dan sistem yang diterapkannya ini, memperlihatkan bagaimana pembelajaran dan kemampuan beradaptasi setiap individu dapat ditingkatkan secara signifikan.
Metode Unik Latih Kemandirian
Dalam sesi ini, terapis bekerja sebagai pendidik. Namun perannya berbeda dari pendidik yang sekedar menyampaikan pengetahuan satu arah, dimana siswa diperlakukan secara pasif sebagai penerima informasi lalu mengulang informasi yang tepat tersebut dalam bentuk tes dan ujian. Efektivitas metode pendidikan konvensional ini kurang optimal, sehingga dalam beberapa tahun terakhir telah berubah.
Treatment yang diterapkan oleh tim ahli terapis disesuaikan dengan kondisi pasien. Misalnya, menyelaraskan antara Teknik Metode Feuerstein dengan Metode Feldenkrais melalui teknik Body Movement Therapy, sebagai kombinasi teknik pelatihan, pendidikan dan pembelajaran yang unik.
Metode Feldenkrais merupakan teknik pendekatan terintegrasi untuk memberikan pembelajaran dan peningkatan fungsi pada individu berdasarkan berbagai kemampuan mereka selama rentang kehidupan dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam mengatur perilaku dirinya sendiri.
Teknik yang digunakan dalam praktik Body Movement Therapy ini berbeda sama sekali dengan Fisio Therapy yang biasa dilakukan, karena saat terapi, teknik mediasi dijadikan sebagai pendekatan pengajaran yang berfokus pada intervensi yang disengaja, tapi bukan untuk mengarahkan. Terapis selaku mediator terlihat lebih sering menyarankan, namun tidak “memberitahu” pasien sebagai pelajar.
Mediator juga menghubungkan peristiwa masa lalu dengan pengalaman masa kini, menekankan pola perilaku efisien dan tidak efisien, atau memberikan umpan balik terhadap proses penyelesaian dan kualitas masalah. jawabannya dan mendorong pembelajar untuk berhasil selama proses mediasi.
Miracle! Perubahan Hidup Lebih Baik
Dapat dibayangkan betapa dramatisnya ketika seseorang hanya dapat berbaring di tempat tidur selama puluhan tahun, tapi setelah mengikuti sesi terapi ini ia dapat berdiri bahkan dapat belajar berjalan.
Demikian pula dengan mereka yang mengalami kecelakaan atau kejadian tertentu yang traumatis, tapi setelah mengikuti terapi ini, mereka menemukan makna hidup yang lebih baru, atau memandang kehidupan dari sisi pandang yang berbeda, bahkan lebih baik dari yang sebelumnya.
Hal ini karena program terapi memang dirancang dan diterapkan dengan menekankan peran terapis sebagai pendidik dan mediator pembelajaran. Mediator yang sengaja mengintervensi pembelajaran pasien, hanya bertujuan untuk membantu pasien memperoleh makna dan pemahaman, bukan untuk menyampaikan pengetahuan.
Dapat dibayangkan, ketika bukan hanya pasien tetapi juga keluarganya, akan merasakan kebahagiaan mereka, seperti medapatkan miracle yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, karena sempat putus asa.
Feuerstein Method dan Body Movement Therapy, telah membantu banyak orang sehingga mereka dapat menjalani kehidupan yang lebih bermakna, dan mencapai harapan dan kebahagiaan.