Oleh: Anna Saraswati, FH Universitas Al-Azhar Indonesia
Sri Lanka, Suaranusantara.co – Sri Lanka atau “Ceylon” adalah sebuah negeri yang elok, terletak disebelah selatan benua Asia. Bentuk pulaunya sangat unik karena menyerupai “pearl pendant” yang berjuntai di ujung India – adapula yang menyebutnya mirip “tear drop”.
Menurut sejarah, Sri Lanka yang menerima kemerdekaannya dari Inggris pada tahun 1978 ini, dikenal oleh pedagang asing sejak 2,000 tahun yang lalu. Keberadaan Sri Lanka yang strategis dijalur laut utama antara Asia Barat dan Timur menjadikannya sebagai pusat perdagangan bangsa Arab dan koloni Portugis, Belanda dan Inggris.
Sri Lanka dikenal sebagai negeri penghasil rempah-rempah beraroma khas. Colombo merupakan kota pelabuhan yang berfungsi sebagai ‘commercial capital’ negara, yang letaknya bertetangga dengan ‘administrative capital’ Sri Jayawardenepura Kotte.
The Land of Mango Tree
Nama “Colombo” pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Portugis pada tahun 1505, berasal dari bahasa Sinhalese, dari kata “Kolon-thota” yang berarti “pelabuhan di tepi sungai Kelani”. Adapula yang mengatakan dari kata “Kola-amba-thota” yang berarti “pelabuhan dengan pepohonan mangga yang berdaun rimbun”.
Colombo adalah kota dengan perpaduan antara budaya lokal yang sarat nuansa Buddha dengan gaya hidup modern dan klasik sisa-sisa kejayaan zaman kolonial. Tiap kali mengunjungi Colombo, saya tiada bosan-bosannya menikmati sudut-sudut kota yang merupakan perpaduan antara budaya lokal bernuansa Buddha dan gaya hidup modern dengan sisa-sisa kejayaan zaman kolonial yang antik dan klasik.
Saya senang berkeliling kota menikmati udara panas dan berangin, karena Colombo memang terletak di tepi pantai barat dan sebagian wilayah menghadap ke pantai, mengingat Colombo adalah kota pelabuhan. Dengan populasi 600,000 jiwa, Colombo menjadi ibukota yang sibuk dan dinamis, namun tidak ‘crowded’ dan tidak semacet kota Jakarta.
Kota Colombo
Colombo merupakan ‘home’ bagi bisnis korporat, restoran dan entertainment. Yang menjadi ‘landmark’ Colombo antara lain adalah Galle Face Green, Viharamahadevi Park dan Museum Nasional. Sebagai salah satu negara bekas jajahan Eropa, sudah tentu Sri Lanka mewarisi sisa-sisa kejayaan kolonial.
Pada masa penjajahan, Inggris memang bertanggungjawab terhadap perencanaan kota Colombo secara penuh. Sehingga tak heran bila hingga sekarang dengan jelas kita masih melihat trem dan jalan raya yang terbuat dari batu granit. Banyak pula gedung-gedung dan bangunan bersejarah yang interior dan eksteriornya khas kolonial dan masih difungsikan hingga kini, misanya Old Parliament Building, yang menjadi Sekretariat Kepresidenan.
Saya mengunjungi kota tua yang berjarak sekitar 6 jam dari Colombo, jika ditempuh dengan mobil, saat akhir pekan lalu, dan mengabadikan sudut-sudut kolonial yang kokoh, anggun dan klasik yang merupakan peninggalan sejarah dan masih dilestarikan.
Ganggaramaya Temple
Banyak wisatawan yang membawa kain panjang untuk menutupi tubuh ketika memasuki Ganggaramaya Temple sebagai tanda penghormatan, dan pengunjung harus melepas sepatu dan menyimpannya di rak di luar pintu masuk, dan tidak boleh berpakaian terbuka.
Situs ini merupakan salah satu kuil Budha terbesar yang tenang dan sunyi, jauh dari peradaban, yang sayang jika di lewatkan bila berada di Sri Lanka. Kuil terletak di jantung kota Kolombo, dekat Danau Beira, yang di sekelilingnya banyak hotel mewah.
Ganggaramaya Temple dibangun secara bertahap beberapa tahun lalu. Kemudian berkembang menjadi situs luas hingga saat ini. Terdapat biara, bangunan yang penuh patung Buddha berwarna-warni, Seema Malaka, pagoda, Pohon Bodhi, kamar relik, perpustakaan dan museum. Di ujung halaman ada deretan anak tangga yang di tinggikan tempat patung Buddha bergaya Thailand yang berurutan. Koleksi museum berkisar dari peninggalan kecil hingga singgasana besar dan gading gajah.
Konsep perpaduan yang tidak biasa antara kuil Buddha dan museum barang mewah, karena terdapat emas, safir, kayu cendana, gading gajah, porselen, patung Cina, meriam, perangko, jam tangan, kamera, foto, koin, dua gajah taksidermi, stereo, kerang, pedang, dan aneka pernak pernik lainnya karena Buddha di kenal sebagai sosok pangeran yang justru meninggalkan kemewahan istana. Acara religi utama di sini adalah prosesi Nevam Perahara pada hari Poya atau bulan purnama setiap Februari.