Bali, Suaranusantara.co – Segehan Banten Jotan adalah sajen kecil yang di buat setiap habis memasak yang di persembahkan oleh umat Hindu Bali setiap hari. Tradisi ini merupakan ucapan syukur dan rasa terima kasih dan melambangkan keharmonisan hubungan manusia dengan semua ciptaan Tuhan.
Umat Hindu memiliki beragam upakara yang di gunakan untuk mengiringi upacara keagamaan, yang menjadi ciri khas budaya Hindu di Bali. Berbagai persembahan di haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai wujud rasa bhakti dan rasa syukur umat kehadapan-Nya.

Menetralisir Energi Negatif
Segehan berarti ‘menyuguhkan’ dan dalam pengertiannya, umat Hindu Bali menghaturkan suguhan untuk para Bhutakala agar tidak mengganggu manusia, dan ancangan iringan para Bhatara dan Bhatari. Atau bentuk akumulasi kotoran dari pikiran, perkataan, dan perbuatan dalam kurun waktu tertentu. Dengan segehan ini di harapkan agar semua dapat di netralisasi sehingga menghilangkan pengaruh negatif.
Kata segehan ini berakar dari bahasa Jawa Kuno yaitu ‘sega’ yang berarti nasi. Segehan Banten Jotan ini utamanya dalam bentuk nasi yang di buat dengan bentuk nasi cacahan atau nasi yang biasa di makan sehari-hari, nasi kepelan atau nasi kepal, dan nasi tumpeng yang berupa kerucut. kecil-kecil atau dananan.
Wadah segehan menggunakan alas taledan atau daun pisang, janur, yang di isi dengan nasi, dan lauk pauknya yang sangat sederhana seperti bawang merah, jahe, garam, dll. Ada juga yang menggunakan api takep yang terbuat dari dua buah sabut kelapa yang di cakupkan menyilang, sehingga membentuk tanda plus (+) atau swastika. Saji di lengkapi dengan dupa, beras dan tetabuhan air, tuak, arak dan berem.
Penyajian segehan pada umumnya di letakkan di bawah atau sudut- sudut natar merajan, pura, halaman rumah. Dan juga gerbang masuk, dan di perempatan jalan.
Segehan banyak di sebut dalam lontar Kala Tattva, lontar Bhamakertih. Dalam Susastra Smerti, Manavadharmasastra; bahwa setiap kepala keluarga hendaknya melaksanakan upacara Bali, atau suguhan makanan kepada alam. Mereka menghaturkan persembahan dan meletakkan pada peralatan tertentu, seperti ulekan, sapu, kompor, asahan pisau, talenan dan tempat air.