Kupang, Suaranusantara.co – Anggota DPD RI dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Abraham Liyanto menilai penyerangan terhadap agama lain mencederai nilai toleransi. Penyerangan seperti itu juga merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
“Mereka yang serang agama lain tidak mengakui ideologi Pancasila. Karena dalam Pancasila telah dinyatakan keberagaman harus dihormati dan diakui, bukan diusir,” kata Abraham dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR di Kupang, NTT, 4 Mei 2024.
Ia menanggapi adanya tindakan penyerangan terhadap sejumlah mahasiswa Katolik Universitas Pamulang (Unpam) yang sedang melaksanakan doa Rosario di Kampung Poncol, Kelurahan Babakan, Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), pekan lalu. Dia mengapresiasi aparat kepolisian yang telah menangkap pelaku dan menetapkan mereka sebagai tersangka.
Selain di Tangsel, Abraham menyebut ada juga pengusiran orang sedang beribadah di Gresik, Jawa Timur. Aparat kepolisian diharapkan juga memberikan tindakan tegas terhadap pelaku pengusiran.
Anggota Komite I DPD RI ini mengingatkan bangsa ini berdiri karena sadar akan keberagaman. Adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika sebagai pengakuan mendasar akan adanya kemajemukan. Ketika ada orang yang mengusir pemeluk agama lain, berarti mengingkari semboyan itu.
“Itu semangat awal para pendiri bangsa mendirikan bangsa ini. Kita jangan mengingkari semangat itu,” tegas senator yang sudah tiga periode ini.
Dia juga mengingatkan agar jangan memakai asas mayoritas dan minoritas. Karena para pendiri bangsa tidak berdiri atas asas itu. Mereka bersatu karena ada rasa kebersamaan dalam kemajemukan.
Pada kesempatan itu, senator yang kembali terpilih pada Pemilu 2024 untuk periode keempat mengemukakan, empat pilar bangsa yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhineka Tunggal Ika adalah pemersatu bangsa. Tanpa empat pilar tersebut, bangsa Indonesia tidak berdiri seperti yang ada sekarang ini.
“Kita harus jaga empat pilar ini. Jangan sampai ada yang tersingkir. Salah satunya tersingkir maka bubar yang namanya Indonesia ini,” tegas Abraham.
Menurut pemilik Hotel Harper Kupang ini, empat pilar sudah sangat baik dibentuk oleh para pendiri bangsa. Mereka berpikir jauh kedepan tentang keberadaan bangsa Indonesia.
Dengan empat pilar itu, semua identitas dan keberagaman di negara ini disatukan. Penyatuaan bukan menghilangkan identitas asli tetapi diangkat dan dirawat dalam kebersamaan.
“Ini refleksi filosofis yang sangat tinggi. Penyatuaan bukan untuk menyeragamkan karena identitas asli tetap dijaga apa adanya. Hanya yang beragam itu bersatu dalam satu bingkai NKRI,” tutup pemilik Universitas Citra Bangsa (UCB) Kupang ini.