Ruteng, suaranusantara.co – Kesehatan mental Ibu hamil sangat dibutuhkan, karena akan berdampak pada kesehatan kesehatan janin/bayi yang masih berada dalam kandungan.
Gangguan mental seperti depresi dan kecemasan yang berlebihan selama berlangsungnya periode ini dapat berdampak negatif terhadap kondisi fisik Ibu sekaligus bayi dalam kandungannya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental ibu selama menjalankan proses kehamilan adalah dengan dukungan pasangan, keluarga, orang tua, maupun harus melewati komunikasi terbuka.
Hal ini membantu ibu hamil agar dapat mengelola stres, serta memastikan kebutuhan dasar seperti gizi dan istirahat terpenuhi kepada Ibu yang memiliki Bayi dalam kandungannya.
Ketika Ibu sulit untuk menyusui, hingga munculnya tekanan sosial dan kurangnya dukungan, sehingga menyebabkan memicu gangguan mental seperti depresi pascapersalinan.Gangguan ini dapat menurunkan kualitas hidup Ibu dan mempengaruhi kemampuannya dalam memberikan perawatan optimal kepada bayinya dalam kandungan.
Menurut hasil penelitian di banyu wangi menunjukkan 64,2% ibu hamil dan menyusui memiliki kualitas hidup rendah, sebagai besar karena faktor mental dan emosional.Hal ini tertanda di saat Ibu setelah melahirkan,kadar hormon estrogen dan progesteron menurun drastis,memicu perubahan mood ,dan juga di tambah faktor kurang tidur dan tanggung jawab baru membuat hal ini dapat menimbulkan stres.
Sebagian besar Ibu baru akan mengalami kondisi yang di kenal sebagai baby blues, setelah melahirkan.Gejalahnya mencakup perubahan suasana hati, mudah menangis,rasa cemas,hingga gangguan tidur.Bahkan baby blues biasanya muncul dalam 2 atau 3 hari pertama setelah persalinan,dan dampak ini dapat berlangsung hingga dua Minggu berturut-turut sesudah persalinan.
Perlu kita pahami juga,bahwa depresi pasca persalinan bukanlah tanda atau kekurangan pribadi, melainkan,Ini adalah salah satu bentuk komplikasi medis yang dapat terjadi setelah melahirkan.Tetapi dengan penanganan yang cepat dan tepat,gejala dapat di kelola dengan baik dan hubungan emosional antara Ibu dan bayi tetap dapat terjalin dengan kuat selamanya.
Penulis : Dewi Putri Yani Beak, Mahasiswi Universitas St.Paulus Ruteng










































































