Labuan Bajo, suaranusantara.co-Dalam rangka melestarikan budaya yang merupakan warisan leluhur, suku Kandi menggelar ritual adat pergantian tahun bertempat di Nara, Desa Wae Kanta, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, pada Selasa 31/12/2024, pkl 20.56 Wita.
Diketahui, suku Kandi ini terpusat di Rangga, karena hubungan perkawinan maka suku ini menyebar sampai di Nara Desa Wae Kanta, Kecamatan Lembor.
Ritual ini wajib dilakukan setiap tahun menjelang pergantian tahun. Tujuannya untuk melestarikan budaya yang sudah diwariskan sejak leluhur.
Makna dari upacara ini bagi suku Kandi adalah sebagai tanda syukur atas segala rejeki yang diterima dan melepaskan segala kebiasaan buruk pada tahun 2024 agar bisa memulai hidup yang lebih baik di tahun baru 2025.
Ritual ini diawali dengan acara takung ase Ka’e weki, ?menurut bahasa setempat (doa mohon persatuan roh suami dan istri) dari pemilik rumah yang dilakukan di dalam kamar tidur suami istri.
Upacara selanjutnya adalah dilakukan upacara adat yang bertempat di ruang keluarga, dipandu oleh juru adat dalam bahasa setempat disebut ata tudak.
Bahan yang digunakan dalam acara ini adalah telur ayam kampung, daun siri dan pinang. bahan ini ditempatkan di atas tempat persembahan yang disebut langkar.
Hewan yang dipakai menurut kebiasaan suku Kandi adalah Ayam jantan tiga ekor dengan warna bulu putih dan merah (Manuk bakok agu manuk sepang) serta ayam betina dengan warna bulu hitam campur hitam (manuk lale) sebutan menurut bahasa setempat.
Salah seorang alih waris keturunan suku Kandi yang dituakan, kini tinggal di kampung Nara yakni Simus Darus, akrab dipanggil Simus memberikan penjelasan terkait ritual adat yang dilakukannya.
“Acara ini wajib kami lakukan setiap tahun yang diawali dengan acara kilo lalu lanjut dengan acara bersama keluarga besar. kami lakukan ini untuk mempertahankan warisan leluhur kami. Orang tua kami sudah sampaikan pesan agar acara ini harus dijalankan. Kami juga rasakan manfaat dari acara ini dan akan ada resiko jika acara ini tidak lakukan,” tutur Simus
Pihaknya menambahkan, resiko yang akan kami alami jika upacara ini tidak dilakukan maka akan timbul berbagai tantangan serta rejeki tidak lancar, sering juga mengalami gangguan kesehatan, tambah Simus
Sementara, Makarius Gandut selaku yang dipercaya sebagai juru bicara adat (ata tudak) mengatakan “orang tua dulu lakukan acara ini karena dipercaya bahwa leluhur memiliki peran penting dalam segala segi kehidupan manusia baik dalam keluarga, lingkungan sosial maupun dalam segala pekerjaan baik sekarang maupun akan datang,” ujar Rius kepada suaranusantara.co usai menggelar ritus adat.
Dalam konteks pergantian tahun, Rius menerangkan bahwa upacara ini merupakan ungkapan syukur atas karunia kehidupan yang diberikan Tuhan melalui perantaraan doa para leluhur sepanjang tahun yang telah dilewati dan melepaskan kebiasaan buruk agar memasuki tahun yang baru dengan memulai hidup baru serta menimba berkat Tunan untuk tahun yang baru,” tutur Rius**