Madrid, Suaranusantara.co – Dua klub pendiri Liga Super Eropa, Real Madrid dan Chelsea saling berhadapan di babak semifinal Liga Champions. Laga pertama di gelar di Stadion Alfredo Di Stefano, Valdebebas, Madrid, Rabu 28 April 2021 dini hari WIB nanti. Laga ini akan dipimpin oleh wasit asal Belanda, Danny Makkelie.
Namun pertandingan tersebut dibayang-bayangi aksi balas dendam terhadap kedua tim tersebut.
Beda dengan Real Madrid, Chelsea sudah mengundurkan diri sebagai salah satu tim pendiri Liga Super Eropa. Seperti juga lima klub teratas Liga Utama Inggris lainnya yaitu Manchester City, Manchester United, Liverpool, Tottenham Hotspur, dan Arsenal.
Sementara Real Madrid masih keukeuh dengan proposal liga terelite ini. Namun mereka tidak sendiri. Masih ada Barcelona dan Juventus yang ingin mempertahankan liga tersebut.
Real Madrid mendapat tekanan lebih berat menjelang laga semifinal Liga Champions yang di selenggarakan Federasi Sepakbola Eropa atau UEFA ini. Sebab Presiden UEFA Aleksander Ceferin memberi pilihan kepada mereka yakni bermain di Liga Champions atau Liga Super Eropa.
Dilema
Tinggal pilih salah satu dan tidak boleh bermain di dua-duanya. Situasi ini membuat Real Madrid berada dalam dilema yang besar.
“Menurut saya, ada situasi yang sangat jauh berbeda di antara kedua klub (Chelsea dan Real Madrid). Yang satu mengakui kesalahannya dan mengatakan, ‘Kami akan meninggalkan proyek (Liga Super Eropa)’. Sementara yang lain (Real Madrid) saat saya mengatakan bahwa proyek itu sudah mati. Tetapi mereka belum mempercayainya,” kata Aleksander Ceferin sebagaimana di kutip dari Marca.com.
Meski demikian, Chelsea tetap saja di landa keraguan dan kegalauan menjelang laga ini. Mereka khawatir mendapat perlakuan tidak adil dari UEFA dan wasit Danny Makkelie. Yang akan menjadi pengadil di lapangan.
Hanya saja, pelatih Chelsea, Thomas Tuchel tetap yakin bahwa UEFA dan Makkelie tetap bekerja profesional pada laga nanti.
“Saya percaya 100 persen pada wasit dan UEFA dalam kompetisi ini. Saya percaya 100 persen juga pada siapa pun wasit yang di tugaskan memimpin laga pada level seperti ini. Karena merupakan laga-laga sulit. Saya percaya 100% bahwa wasit tidak akan meniupkan peluit secara sembarangan,” kata Tuchel.
Ia melanjutkan, “Saya tidak membayangkan bahwa ada dampak dari berbagai diskusi politik dalam olahraga pada pertandingan nanti. Apalagi saya memang tidak ingin memikirkan hal tersebut karena di mata saya hal-hal seperti itu tidak ada.”
Kontroversial
Soal keraguan pada kepemimpinan Makkelie juga tetap harus melihat trek rekornya. Ia memang bukan wasit abal-abal, tetapi sering kali pula ia mengambil keputusan-keputusan kontroversial.
Pria 38 tahun itu sudah berpengalaman memimpin laga-laga besar. Ia, misilnya, terpilih sebagai wasit pada final Piala Dunia 2018 antara Prancis melawan Kroasia. Ia juga memimpin laga final Liga Champions antara Liverpool melawan Tottenham Hotspurs pada tahun yang sama.
Hanya saja pada kedua laga itu, Makkelie mengambil keputusan yang kontroversial. Ia menghukum Kroasia dengan mendakwa Ivan Perisic melakukan handball. Begitu juga terhadap Tottenham Hotspur dengan menuduh Moussa Sissoko menyentuh bola dengan tangan di kotak terlarang.
Ia juga memimpin laga final Liga Europa tahun lalu antara Inter Milan melawan Sevilla. Dan, pada ajang Liga Champions tahun ini, ia sudah memimpin laga leg kedua babak 16 besar antara Real Madrid melawan Atalanta. Ketika itu, ia memberi hadiah penalti untuk pasukan Zinedine Zidane.