Jakarta, Suaranusantara.co – Yayasan Puspita Bangun Bangsa (YPBB) meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI untuk menangani permasalahan sampah di Ruteng, Kabupaten Manggarai, NTT.
Hal itu di sampaikan YPBB melalui pengajuan proposal kepada Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (PSLB3) KLHK agar di sediain 5.000 unit Komposter.
“Kami ingin mengajukan proposal kegiatan kepada KLHK. Isinya mengenai penanganan sampah rumah tangga di kota Ruteng dalam bentuk pengadaan 5.000 unit komposter, sosialisasi dan pendampingan. Serta penangan pasca panen berupa kompos dan lindi (POC),”. Demikian ujar Ketua Yayasan, Flory Santosa Nggagur dalam proposal itu. Sebagaimana di kutip suaranusantara.co, Selasa 4 Mei 2021.
Flory mengatakan, demi terselenggaranya program tersebut di perlukan biaya sesuai Rencana Anggaran Biaya (RAB) yaitu sebesar Rp2.435.000.000 (dua milyar empat ratus tiga puluh lima juta rupiah).
Sulit di atasi
Menurut Flory, sampah rumah tangga di masyarakat perkotaan sudah menjadi sumber masalah yang sangat sulit di atasi karena beberapa alasan:
Pertama, produksi sampah yang sulit di kontrol. Sampah rumah tangga baik organik dan non organik di produksi setiap hari sebagai limbah dari proses kehidupan manusia. Karena merupakan limbah dari proses kehidupan maka produksi sampah tidak akan pernah berhenti selama manusia masih hidup.
Kedua, jumlah sampah terus meningkat. Volume sampah yang di produksi setiap hari semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan pertumbuhan usia manusia. Termasuk juga pola hidup yang semakin konsuptif. Serta kehidupan masyarakat yang semakin modern.
Ketiga, biaya penanganan relatif besar. Sampah sebagai produk buangan yang di anggap kotor memerlukan penanganan yang khusus mulai dari hulu yaitu rumah tangga hingga tempat pembuangan akhir (TPA).
Flory menegaskan, penanganan yang baik memerlukan sumber daya manusia yang cukup banyak, alat transportasi yang juga cukup banyak, tempat pembuangan akhir yang cukup luas serta teknologi pengelolaan sampah yang canggih.
“Semua kebutuhan tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit dan hal ini sering kali menyebabkan sampah banyak yang tidak bisa ditangani dengan baik, terutama di daerah/kota dengan PAD yang minim,” kata dia.
Keempat, tidak tersedia teknologi yang memadai untuk pengolahan sampah.
Flory menuturkan, masalah teknologi pengelolaan sampah erat kaitannya dengan kemampuan daya beli daerah serta kesiapan sumber daya manusia di daerah untuk mengoperasikan peralatan tersebut.
Menurutnya, sebagian besar kota di Indonesia memang belum menggunakan teknologi canggih untuk pengelohan sampah terutama disebabkan karena kekurangan dana serta kesiaan SDM.
Kelima, tidak tersedia TPA sampah yang memadai.
Ia melanjutkan, masalah lahan TPA juga terjadi di daerah atau kota kecil yang sebagian besar terjadi karena Pemerintah Daerah tidak memiliki perencanaan jangka panjang yang memadai serta tidak melakukan antisipasi dini pertumbuhan masyarakat perkotaan.
Flory pun meminta Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai yang baru harus berpikir keras untuk melakukan penanganan masalah sampah dari hulu sampai hilir.
Ia menerangkan, penanganan sampah di kota Ruteng memerlukan partisipasi dari seluruh masyarakat.
“Dengan kondisi keuangan daerah yang tidak memadai apalagi di masa pandemi covid-19 ini maka tidak ada pilihan lain penanganan sampah ini. Karena memerlukan partisipasi konstruktif dari seluruh masyarakat kota Ruteng,” ungkap dia.
Usulan Program untuk KLHK
Flory mengatakan, sampah organik yang di hasilkan oleh rumah tangga langsung di olah menjadi pupuk organik. Yakni baik dalam bentuk kompos maupun POC (Pupuk Organik Cair) dengan menggunakan media komposter yang mudah di operasikan.
Kemudian, pupuk organik yang di hasilkan dapat langsung di gunakan untuk keperluan media tanam dan pemupukan oleh masing-masing rumah tangga.
Selanjutnya, bagi rumah tangga yang tidak memiliki lahan pekarangan atau tidak menggunakan pupuk yang di hasilkan akan dikumpul oleh Yayasan Puspita Bangun Bangsa. Kemudian selanjutnya di distribusikan kepada masyarakat lain yang memerlukan.
Tujuan Program
Adapun tujuan dari program ini menurut Flory ialah untuk mengurangi volume sampah rumah tangga.
Kemudian, mendidik warga masyarkat untuk peduli pada kesehatan dan kebersihan lingkungan serta menyediakan pupuk organik solid maupun cair. Dan mendukung upaya Pemerintah Daerah menciptakan kota Ruteng yang bersih.
Menurut Flory, rencana ini pun disambut baik oleh Bupati Manggarai, Heribertus Nabit. Dan beliau sangat terbuka menerima masukan dan kritik dari YPBB.
“Pak Bupati sangat terbuka dan menerima masukan dan kritik dari teman-teman. Beliau mengajak untuk sama-sama berpartisipasi membangun Manggarai,” ujar Flory.
Ia menambahkan, program ini di rencanakan akan di laksanakan dalam waktu sekitar 6 bulan. Dan selesai paling lambat akhir Desember 2021.
“Di rencanakan program ini dapat di laksanakan dalam periode waktu sekitar 6 bulan. Dengan demikian di perkirakan akan selesai pada akhir November tahun 2021 atau paling lambat akhir Desember 2021,” tukas Flory.