Ruteng, suaranusantara.co – Kehamilan merupakan anugerah terbesar dalam kehidupan semua keluarga di dunia ini, termasuk di Manggarai.
Bagi masyarakat Manggarai, kehamilan tidak hanya dianggap sebagai sebuah proses biologis, melainkan warisan leluhur yang membawa kehidupan baru yang sangat berharga.
Ibu hamil dipandang sebagai pribadi yang harus dilindungi. Dalam konteks budaya Manggarai, kehadiran seorang bayi tidak hanya memperkuat ikatan keluarga, tetapi diyakini sebagai simbol kelanjutan keturunan.
Oleh karena itu, keselamatan ibu hamil dan bayinya harus dilindungi dan diselamatkan. Para orang tua bersama suaminya selalu memberikan berbagai nasihat dan pantangan disaat seorang ibu dalam kondisi hamil.
Salah satu bentuk perlindungan ibu hamil dalam adat Manggarai yang kita temui adalah pantangan. Pantangan dalam bahasa orang Manggarai sering menyebutnya dengan bahasa “ireng”. Sejauh ini ada beberapa pantangan (ireng) bagi ibu hamil, yaitu, tidak boleh duduk di pintu rumah sendirian.
Bagi Masyarakat Manggarai, pintu adalah ruang transisi atau jalur keluar masuknya orang, juga hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh mata. Sehingga bagi Ibu hamil yang duduk di pintu akan mengalami gangguan pada saat melahirkan bahkan juga berdampak pada gangguan Kesehatan bayi karena diganggu oleh roh jahat.
Secara rasional, pantangan ini juga bisa dipahami sebagai upaya untuk menghindari ketidaknyamanan sebagai akibat dari posisi duduk yang tidak terkontrol. selain itu, ada juga pantangan lainnya, yaitu tidak boleh menghadiri acara kematian.
Masyarakat Manggarai umumnya percaya bahwa suasana duka membawa energi negatif bagi bayi dan ibunya. Dari sudut pandang kesehatan, larangan ini justru masuk akal karena melindungi ibu hamil dari kesedihan yang berlebihan dan stress mental yang bisa memengaruhi kondisi janin. Jadi, tanpa kita sadari, ada nilai kesehatan yang tersirat dalam kebiasaan adat yang diwariskan turun-temurun.
Namun, tidak semua tradisi atau kebiasaan memberikan dampak positif. Justru, ada juga tradisi yang menjadi hambatan jika diterapkan tanpa penyesuaian dengan perkembangan zaman. Dibeberapa daerah masih ditemukan ibu hamil yang enggan memeriksa kehamilannya ke tenaga kesehatan karena lebih percaya pada dukun.
Dukun dipercaya memiliki pengetahuan spiritual yang mampu membantu kehamilan hingga proses persalinan berjalan lancar. Padahal, pemeriksaan kehamilan sangat penting untuk mendeteksi resiko komplikasi, seperti tekanan darah tinggi, anemia ataupun masalah lainnya yang berkaitan dengan tumbuh kembang janin.
Menurut saya, kebiasaan ini menjadi tantangan besar dalam dunia kesehatan. Budaya dan tradisi memang penting, tetapi keselamatan ibu hamil tetap menjadi prioritas utama. Salah satu solusi terbaik adalah menciptakan keharmonisan antara adat Manggarai dan kesehatan medis.
Kearifan lokal yang mempunyai tujuan yang mulia dalam melindungi ibu hamil harus tetap dijaga. Akan tetapi, pemahaman medis juga harus diterima sebagai wujud dari kemajuan pengetahuan demi keselamatan yang lebih baik.
Dengan menggabungkan nilai tradisi dan pengetahuan kesehatan medis, maka kesehatan ibu hamil dan bayinya di daerah Manggarai akan terjaga secara optimal.
Penulis : Yosefina Doresta Imin.(Mahasiswa Universitas St.Paulus Ruteng)










































































